SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Insiden tewasnya dua bocah yang duduk di bangku SD asal Desa Gringging, Kecamatan Sambungmacan, Sragen ditemukan tewas tenggelam di Embung Sulur atau Waduk Sulur, Desa Gringging, Sambungmacan, Kamis (4/8/2022) malam menguak kisah lain dari embung tersebut.
Ternyata, selama ini insiden bocah tenggelam sudah sering terjadi di waduk yang berlokasi di Dukuh Sulur, Desa Gringging tersebut.
Menurut catatan pihak desa dan warga, sejauh ini sudah ada tiga bocah setempat yang tewas tenggelam di waduk tersebut.
Menariknya, entah hanya kebetulan atau memang ada horor tertentu, kematian tiga bocah itu menghadirkan kesamaan fakta.
Ya, menurut catatan warga dan pihak desa, tiga bocah yang meninggal di Embung Sulur memiliki kesamaan.
“Selama ini, dari tiga kejadian bocah meninggal tenggelam di situ, semuanya memang anak sini. Tapi kelahirannya bukan asli sini,” papar Kadus Gringging, Suwanto, kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Jumat (5/8/2022).
Suwanto masih ingat betul tiga kejadian tragis tewasnya tiga bocah di Embung yang selama ini jadi penopang irigasi pertanian di desanya itu.
Korban tenggelam pertama terjadi sekitar 10an tahun lalu di saat awal-awal Embung baru selesai dibangun. Seingatnya, kala itu satu bocah meninggal saat bermain di Embung.
Meski tinggal di Gringging, namun bocah tersebut ternyata lahir di luar desa yakni kelahiran Jogja.
Fakta serupa juga didapati pada dua bocah kelas IV SD yang barusaja meninggal bersamaan pada Kamis (4/8/2022) malam, Muhammad Al Farizzi (9) asal Dukuh Sulurejo RT 27, Desa Gringging dan Keynandra Velaocta Kurniawan (9) warga Dukuh Klinge, Desa Gringging, Sambungmacan, Sragen.
Suwanto menyampaikan meski tinggal di Gringging, dari riwayatnya, kedua bocah itu ternyata juga bukan asli kelahiran Gringging.
Farizzi yang tinggal bersama orangtuanya, diketahui kelahiran Tangerang Banten.
Sementara Keynandra yang tinggal bersama neneknya, diketahui lahir di Batam, tempat kedua orangtuanya merantau.
“Entah kebetulan atau memang ada kaitannya, ternyata selama ini anak yang meninggal di Embung Sulur itu semua bukan kelahiran asli sini,” urainya.
Senada, Kepala SDN Gringging 2, Hartono juga mencatat hal yang sama. Seingatnya dari 3 bocah siswa yang tewas tenggelam memang semuanya berdomisili di Gringging.
Akan tetapi mereka sama-sama tidak dilahirkan di Gringging. Melainkan dilahirkan di luar daerah.
“Ya begitulah. Kalau dirunut, tiga korban anak yang meninggal semuanya memang kelahiran luar daerah semua,” ucapnya.
Saat ditanya perihal keberadaan Embung Sulur, Kades Gringging, Gatot Yunianto, menyampaikan Embung itu sudah lama dibangun tepatnya sekitar tahun 2013.
Saat ini, debit air di Embung sebenarnya tidak terlalu tinggi yakni di bawah pintu air. Ia menduga dua bocah yang tewas kemarin malam diduga terpeleset di bagian yang agak dalam.
Ia juga membenarkan jika dari tiga korban yang tewas tenggelam selama ini semuanya memang kelahiran luar Desa Gringging.
“Entah kebetulan atau memang ada faktor lain, yang jelas anak yang meninggal di situ semuanya kelahirannya bukan asli Gringging,” imbuhnya.
Saat ditanya apakah lokasi Embung termasuk angker, Gatot tidak bisa mendeteksi. Namun menurut warga, memang ada titik yang konon dikenal angker di wilayah Embung itu.
Saat ditanya apakah ada penunggunya dari maklum astral? Kades mengaku tidak tahu menahu.
“Yang angker kabarnya sebenarnya bukan pas di embungnya, tapi di dekat situ sebelah Utara. Ya boleh percaya boleh tidak, kalau menurut warga ya seperti itu,” tandasnya. Wardoyo