Beranda Daerah Sragen Menguak Misteri Jembatan Sapen yang Dikenal Paling Angker dan Sering Jadi ...

Menguak Misteri Jembatan Sapen yang Dikenal Paling Angker dan Sering Jadi Tempat Bunuh Diri. Benarkah Ada Penunggunya?

Suasana Jembatan Sapen dipadati polisi, TNI dan warga pasca tragedi bunuh diri warga Kebonromo, Ngrampal, Minggu (14/8/2022). Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kasus bunuh diri yang dilakukan Sastro Utomo Sugiman (55) dengan terjun di Jembatan Sapen ke Sungai Bengawan Solo, Minggu (14/8/2022) menambah panjang daftar kasus bunuh diri di jembatan tersebut.

Dari catatan JOGLOSEMARNEWS.COM , aksi harakiri yang dilakukan duda asal Dukuh Ngrampal RT 33/8, Desa Kebonromo, Kecamatan Ngrampal, Sragen itu menjadi yang kelima dalam kurun 2 tahun terakhir.

Rentetan tragedi bunuh diri itu seolah mempertegas Jembatan Sapen sebagai salah satu jembatan paling mistis di Sragen.

Lantas ada apa dengan jembatan di perbatasan Kedungupit Sragen-Sapen Gesi yang selama ini menjadi Kecamatan Sragen ke wilayah Sragen Utara itu?

Menurut sejumlah warga sekitar, Jembatan Sapen memang dikenal sebagai salah satu lokasi yang angker.

Di dekat jembatan arah hulu, ada sebuah makam di wilayah Prayungan, Kedungupit, Kecamatan Sragen.

“Kalau lokasinya memang tenang dan nggak begitu panjang. Kalau lewat malam dan jalur sepi ya agak merinding,” ujar Setiawan, salah satu warga Gesi, Rabu (17/8/2022).

Kondisi pusaran air Sungai Bengawan Solo yang deras di bawah Jembatan Sapen Gesi tempat pria asal Ngrampal terjun bunuh diri, Minggu (14/8/2022) pagi. Foto/Wardoyo

Kapolsek Gesi, AKP Teguh Purwoko tak menampik fenomena bunuh diri yang terjadi di Jembatan Sapen. Seingatnya sudah ada beberapa kali kasus bunuh diri terjun di Jembatan itu selama hampir 2 tahun lebih ia menjabat di Gesi.

Ditanya dari analisa tempatnya mengapa sering jadi lokasi bunuh diri, Teguh mengaku tidak bisa membeberkan alasan pastinya.

“Sebenarnya nuwun sewu ini bukan yang kita harapkan (bunuh diri). Tapi kok ya milihnya di Jembatan Sapen. Padahal jembatan juga banyak. Kalau analisa saya mungkin karena lokasinya agak tenang, kemudian arus di bawah Jembatan Sapen itu agak tenang dan dalam. Beda dengan misalnya Jembatan Ganefo di Tangen kan arusnya deras dan kencang,” ujarnya.

Baca Juga :  Dukung Program Presiden Prabowo, Kapolres Sragen AKBP Petrus Parningotan Silalahi Hadiri Peluncuran Gugus Tugas Pendukung Ketahanan Pangan di Kecamatan Ngrampal

Ihwal sisi mistis dan angker Jembatan Sapen yang selama ini sering diperbincangkan warga, Kapolsek enggan berkomentar.

Ia hanya berharap tragedi dan fenomena bunuh diri di Jembatan Sapen itu tidak lagi terulang.

“Kalau soal itu (mistis dan ada penunggu), saya nggak tahu. Itu Allahu Alam y,” tuturnya.

Seperti diketahui, dalam kurun dua tahun terakhir, tercatat ada 5 kasus bunuh diri di Jembatan Sapen.

Mayoritas korban berasal dari sekitar wilayah Sapen namun ada juga yang berasal dari luar kecamatan.

Sastro yang sempat beralasan membuang pusaka, ternyata belakangan diketahui juga didera depresi. Ia nekat terjun dari Jembatan Sapen pada Minggu (14/8/2022) pagi pukul 11.15 WIB.

Jenazahnya ditemukan dalam kondisi tewas mengapung di aliran Bengawan Solo Dukuh Dalungan, Desa kedungupit, Sragen tiga hari kemudian di jarak 3,55 km, Selasa (16/8/2022).

Sebelumnya, sudah ada empat warga yang bunuh diri dari jembatan penghubung antara Kecamatan Sragen ke wilayah Gesi dan Sragen utara itu.

“Iya dalam catatan kami sudah empat kali kasus bunuh diri di Jembatan Sapen. Kami juga tidak tahu mengapa lokasi itu jadi tempat bunuh diri. Yang jelas mayoritas korban justru bukan warga sekitar tapi malah dari luar Gesi,” ujar Kapolsek Gesi, AKP Teguh Purwoko kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Selasa (16/8/2022).

Kapolsek menguraikan kondisi Jembatan Sapen memang agak sepi. Panjang jembatan 100 meter dan kondisi air bengawan yang agak tenang di lokasi itu, diduga menjadi alasan para korban memilih lokasi itu untuk bunuh diri.

Dari catatan JOGLOSEMARNEWS.COM , kasus bunuh diri terakhir sebelum Sastro Utomo dilakukan Mardiyanto (47) warga Dukuh Gabus Wetan RT 5, Desa Gabus, Ngrampal.

Baca Juga :  Gerakan Pembaharuan Sragen (GPS) Terbelah, Tokoh-Tokoh Senior Berbalik Mendukung Bowo-Suwardi di Pilkada Sragen 2024

Ia ditemukan tak bernyawa setelah bunuh diri terjun dari Jembatan Sapen, Tanggan, Gesi pada Sabtu (5/12/2020).

Jenazah bapak dua anak itu ditemukan di Sungai Bengawan Solo tepatnya di Dukuh Patikan RT 06, Desa Karangudi, Ngrampal, Sragen.

Kemudian, ada Wijayadi (Wanto), penjual pentol goreng berusia 30 tahun asal Dukuh Sigit RT 2, Sigit, Tangen, Sragen juga nekat bunuh diri terjun dari Jembatan Sapen, pada Senin (14/9/2020) malam.

Sebelumnya, pada Sabtu (4/4/2020) seorang wanita bernama Prihatin (44) asal Dukuh RT 9, Desa Majenang, Sukodono itu juga tewas usai bunuh diri terjun ke Sungai Bengawan Solo dari atas Jembatan Sapen di Dukuh Sapen, Tanggan, Gesi.

Kemudian ibu muda dua anak bernama Deni Pertiwi (24), ibu dua anak itu juga ditemukan tak bernyawa usai bunuh diri dengan terjun ke Sungai Bengawan Solo dari atas Jembatan Sapen.

Dari penuturan kerabat dan riwayat psikologisnya, korban diduga
mengalami depresi berat dan pernah dua kali masuk rumah sakit jiwa (RSJ). Wardoyo