KARANGANYAR, JOGLOSEMARNEWS.COM – Dua Ormas besar di Karanganyar, yakni Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama mendesak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Karanganyar agar mengkaji ulang kebijakan lima hari sekolah.
Alasannya, kebijakan tersebut banyak mudharat (efek tidak baik) dibandingkan manfaatnya.
Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Karanganyar Dr Muhammad Samsuri mengatakan, sebenarnya penerapan lima hari sekolah itu bukan asal ikut-ikutan melainkan ada persyaratan yang kompleks yang harus dilakukan.
Yakni aspek sosiologis jika anak libur hari Sabtu berarti selama Sabtu itu harus ada bimbingan edukasi agar siswa tidak liar selama satu hari bebas itu.
Selain itu, dengan diterapkan lima hari sekolah maka disadari atau tidak siswa kelelahan karena selama lima hari sekolah itu jam sekolah ditingkatkan tanpa diukur batas kemampuan siswa terhadap over jam sekolah.
“Gara-gara mengejar Sabtu libur lalu selama Senin-Kamis jam dinaikkan sehingga siswa dan tenaga pengajar pun kelelahan,” ungkap Dr Muhammad Samsuri.
Untuk itu, Muhammad Samsuri mendesak Bupati Karanganyar Juliyatmono MM agar memerintahkan jam sekolah dikembalikan pada enam hari.
“Coba bayangkan dalam satu hari saja yakni hari sabtu seluruh siswa libur lalu tanpa ada pendampingan kegiatan edukasi, maka apa yang terjadi efeknya jelas siswa tidak terkontrol perilakunya. Ini berbeda jika Sabtu masih sekolah,” tandas Dr Muhammad Samsuri.
Sementara itu, Ketua Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Karanganyar, Nuril Huda mengatakan lima hari masuk sekolah menimbulkan berbagai persoalan.
Yakni resiko pergaulan bebas karena selama satu hari sabtu siswa bebas tanpa ada pendampingan edukasi sehingga akan pergi semaunya sendiri.
Apalagi, lanjut Nuril Huda, di Karanganyar banyak lokasi wisata sehingga kecenderungan anak-anak merasa bebas.
“Ini gejala tidak baik anak sekolah mestinya belajar dihari Sabtu justru diliburkan,” ungkap Nuril Huda kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Kamis (25/8/2022).
Menurut Nuril Huda, pemerintah daerah harus legowo melihat dampak yang kurang baik tersebut dan harus rela mengkaji ulang.
“Mohon Disdikbud Karanganyar peka atas fenomena tidak baik efek lima hari sekolah karena ini menyangkut masa depan siswa,” pungkas Nuril Huda. Beni Indra