SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Perwakilan investor asal Korea, PT TKG Taekwang Indonesia yang berencana membangun pabrik sepatu kualitas ekspor di Desa Bonagung, Tanon, Sragen memastikan tidak akan menerapkan istilah karyawan kontrak.
Berbeda dengan mayoritas pabrik atau perusahaan lain, semua pekerja atau buruh yang bekerja di pabrik PT Taekwang akan mendapat jaminan untuk diangkat menjadi karyawan tetap.
Hal itu disampaikan perwakilan investor PT Taekwang Indonesia, Sudihartoyo kepada wartawan di Sragen, Minggu (18/9/2022).
“Di kita (Pabrik Sepatu PT TKG Taekwang) tidak ada karyawan kontrak. Sistem yang sudah kita terapkan di Subang dan Cirebon, nanti semua akan diangkat karyawan tetap. Tidak ada buruh yang dipekerjakan dengan sistem kontrak,” paparnya.
Ia menjelaskan selama ini, sistem rekrutmen pekerja yang diberlakukan perusahaan asal Korea itu memang tidak mengenal istilah kontrak untuk pekerja.
Sistem yang diberlakukan nantinya semua pekerja hanya akan menjalani masa ujicoba atau training 3 bulan. Setelah lolos masa training, langsung diangkat karyawan tetap.
“Sistem di kita, 3 bulan masa percobaan lalu diangkat karyawan tetap. Jadi memberikan jaminan kepastian masa depan dan kesejahteraan bagi karyawan,” jelasnya
Ia menilai sistem karyawan tetap itu tentu merupakan kondisi yang sangat menguntungkan bagi karyawan.
Dengan diangkat karyawan tetap, otomatis tiap tahun akan mendapat kenaikan gaji. Kebijakan tersebut sudah menjadi komitmen principal atau pimpinan perusahaan PT TKG Taekwang.
“Nanti akan naik gaji tiap tahun. Principal kita memang sangat ketat masalah hak-hak karyawan dan ketenagakerjaan. Komitmen lingkungan hidup kami juga sangat menjaga itu,” jelasnya.
Lebih lanjut, Sudihartoyo menyampaikan untuk besaran gaji, para karyawan akan dibayar minimal setara UMK kabupaten setempat.
Selain itu, mereka akan mendapatkan hak-haknya seperti tunjangan hari raya (THR), lembur dan hak-hak lain yang sudah diatur dalam undang-undang.
Termasuk, komitmen perusahaan untuk membayar sesuai dengan besaran UMK yang biasanya mengalami kenaikan tiap tahun.
“Kalau ada perusahaan yang mengajukan penangguhan THR misalnya, kami tidak pernah melakukan itu. Pasti kita berikan sesuai haknya, itu cuma untuk karyawan kami, kita jamin itu,” jelasnya.
Peluang Usaha Warga
Di sisi lain, perusahaan juga sudah siap membuka kemudahan usaha bagi warga sekitar. Di antaranya membuatkan pintu dari pabrik ke arah pemukiman warga agar bisa membuka peluang usaha yang lebih besar bagi warga.
“Nanti akan bekerjasama bagaimana mengatur itu. Kalau untuk misalnya ada warga yang punya usaha dan ingin bekerjasama dengan perusahaan kita juga akan membuka diri, asalkan sesuai prinsip dan saling menguntungkan,” tandasnya.
Sebelumnya disampaikan pabrik yang akan didirikan di Desa Bonagung, Kecamatan Tanon, itu diproyeksikan akan beroperasi tahun 2025 dengan menyerap sekitar 35.000 tenaga kerja.
Menurutnya pabrik itu akan membutuhkan lahan sekitar 40 hektar dan sejauh ini yang sudah deal untuk dilepaskan warga mencapai sekitar 32 persen.
“Rencananya akan didirikan pabrik sepatu, nanti orientasinya ekspor. Target dari principal, proyeksi menjadi perusahaan dan beroperasi mulai 2025,” papar Sudihartoyo.
Ia menyampaikan pabrik di Sragen ini merupakan perluasan dari dua pabrik yang sebelumnya sudah dibangun di Indonesia.
Yakni di Subang Jawa Barat yang saat ini sudah beroperasi dengan 45.000 karyawan dan didirikan di atas lahan seluas 65 hektare.
Lantas pabrik kedua berlokasi di Cirebon, Jawa Barat dengan luas lahan sekitar 33 hektare dengan jumlah karyawan sekitar 30.000an.
Pabrik di Sragen itu nantinya akan menjadi cabang ketiga yang diproyeksikan menjadi pendukung untuk pabrik pertama di Subang.
Sudihartoyo menyebut saat ini proses pembebasan lahan sudah mencapai 32 persen. Terkait masih sejumlah warga pemilik lahan yang menolak menjual sawahnya, pihaknya menghormati hal itu.
Namun ia berharap lambat laun semua warga bisa mendukung mengingat kehadiran pabrik itu juga untuk mengangkat perekonomian dan menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat. Wardoyo