BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Para petani tembakau di kawasan lereng Gunung Merapi-Merbabu, Boyolali makin terpuruk.
Pasalnya, harga tembakau justru turun drastis karena ditetukan sepihak oleh pabrikan.
Belum lagi dampak kenaikan harga cukai justru berdampak negatif bagi petani. Pasalnya, pabrikan tembakau atau rokok terus berupaya menekan biaya pembelian tembakau dari petani. Akibatnya, harga tembakau kering rajangan pun malah turun.
“Belum lagi dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Padahal, petani sering harus turun mencari tempat menjemur tembakau menggunakan kendaraan,” kata Sekreatris Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Boyolali, Wiyarto, Jumat (16/9/2022).
Petani juga dirugikan dengan aturan pabrikan terkait larangan tambahan gula pada tembakau rajangan. Perusahaan rokok yang menjalin kerjasama dengan petani kini membuat larangan tegas.
Mulai tahun ini, petani diminta tidak menambahkan gula pada tembakau rajangan yang dijemur.
“Hanya tembakau kering tanpa gula saja yang bisa masuk. Karena kualitasnya dianggap bagus dan masuk spek tinggi. Hal tersebut justru membuat petani semakin dirugikan.”
Pasalnya, dengan larangan tersebut maka kuantitas tembakau yang dirajang harus ditambah untuk mendapatkan berat yang sama saat kering. Dimana tiga kuintal tembakau rajangan tanpa gula hanya bisa jadi satu keranjang widik tembakau kering.
“Padahal, jika diberi semprotan gula bisa menjadi dua keranjang widik.”
Kini, dengan aturan baru tersebut petani juga kesulitan untuk menyalurkan ke korporasi pabrik tembakau. Kalaupun ingin menjual ke pabrik maka tembakau rajangan kering yang bisa dijual beratnya juga berkurang.
“Padahal, hasil panen sendiri juga merosot.”
Dampak hujan tinggi, maka kualitas dan kuantitas daun tembakau merosot. Saat ini, kuantitas daun yang bisa dipanen turun sampai 40 persen. Sebelumnya, satu hektar lahan bisa menghasilkan 15 ton tembakau.
“Namun, sekarang, petani hanya bisa panen paling banyak 10 ton saja.”
Petani juga dibuat lemas dengan harga jual yang turun. Harga tembakau saat ini mencapai Rp 60.000 /kilogram untuk tembakau rajangan kering grade satu. Sedangkan, grade dibawahnya dihargai sekitar Rp 50.000 -Rp 55.000 /kilogram.
Disisi lain, biaya produksi di tingkat petani semakin naik. Bahkan kenaikannya lebih dari 30 persen. Harusnya pengeringan bagusnya satu hari kering lalu ditambah sehari lagi agar kering sempurna dan aromanya enak. Sayangnya, beberapa hari terakhir cuaca mendung terus.
“Kita untuk jemur harus turun, kadang sampai Simo dan Ngemplak. Ini berarti menambah biaya produksi lagi untuk beli BBM. Padahal, kalau sehari itu gak kering kualitas tembakau hancur. Dampaknya, harganya juga turun.” Waskita