WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Saat ini harga kedelai masih tinggi.
Fakta ini berdampak langsung pada industri tahu di Wonogiri. Untuk diketahui tahu menggunakan bahan baku kedelai dalam proses produksinya.
Kenaikan harga kedelai itu juga berimbas dengan penyesuaian yang dilakukan pemilik usaha industri tahu Wonogiri.
Dengan adanya kenaikan harga kedelai, perajin tahu harus berinovasi supaya usaha mereka tidak gulung tikar. Mulai dari menaikkan harga jual, hingga mengurangi ukuran tahu.
Tugino, perajin tahu di Lingkungan Kedungringin RT 2 RW 13 Kelurahan Giripurwo Kecamatan Wonogiri mengatakan, harga kedelai yang terus meroket, membuat para perajin tahu menjerit.
Dimana, harga kedelai impor di pasaranan per 1 Nobember tembus Rp 15.000 per kilogram. Sedangkan harga kedelai kuning lokal, Rp12.000 per kg.
“Kenaikan harga kedelai karena harga BBM juga naik. Saya dapat harga Rp 14.000 per kg dari pemasok, dan sudah diantar ke rumah. Karena belinya sudah langganan. Kalau di pasaran, mungkin bisa Rp 15.000 per kg,” ungkap Tugino, Selasa (1/11/2022).
Tugino mengaku, kenaikan harga kedelai terjadi bertahap, bersamaan dengan kenaikan harga BBM. Dulu, lanjut Tugino, harga kedelain hanya Rp 10.000 per kg. Kemudian naik menjadi Rp 12.000 per kg.
“Terpaksa harga tahu saya naikkan. Per 10 biji tahu sebelumnya saya jual Rp 3.500. Sekarang saya naikkan jadi Rp 4.000. Mengikuti harga kedelai yang kian mahal,” ujar Tugino.
Upaya lainnya, yakni mengurangi ukuran tahu. Namun masih dalam ambang batas normal. Karena jika terlalu kecil ukurannya, tahu mudah rusak.
“Saya ‘kan jualnya tahu cokelat yang digoreng. Harga minyak goreng juga naik jadi Rp 250.000 per 17 kg. Apalagi permintaan konsumen turun. Biasanya sehari habis 2,5 kuintal (kedelai), sekarang jauh di bawahnya. Mau bagaimana lagi. Kalau cuma mengeluh, ya nggak ada penghasilan,” sebut dia.
Tugino mengaku usaha tahunya sudah berjalan sejak 195. Dia merupakan generasi ketiga dari kakeknya. Produksi tahunya dipasarkan ke Pasar Kota Wonogiri. Ada pula pembeli yang langsung datang ke tempat produksi.
Dia menggunakan kedelai campuran lokal dan impor. Tapi kedelai lokal sulit didapat, padahal kualitasnya lebih bagus dan rasanya enak. Dia berharap harga kedelai segera turun jadi Rp 10.000 per kg. Aris Arianto