JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Sragen

Mengenang Sosok Mbah Karno, Pahlawan Pertanian Sragen Pegiat Burung Hantu. Dalam Kondisi Stroke Tetap Semangat Rawat Anakan

Tujuh kandang burung hantu hasil buatan Mbah Karno. Kandang itu disediakan gratis untuk petani. Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Keterbatasan fisik ternyata bukan halangan untuk berbuat positif. Seperti yang dilakoni Mbah Karno (65), petani asal Dukuh Toyogo RT 5/2, Toyogo, Sambungmacan, Sragen.

Dalam kondisi didera stroke hampir lima tahun, sisa-sisa tenaga tuanya ternyata tetap bisa bermanfaat untuk alam dan lingkungan.

Di tengah serba keterbatasan, kakek itu masih semangat meluangkan waktu dan tenaganya untuk membuat kandang burung hantu atau pagupon serta penangkaran alami burung hantu.

Semua itu dilakoni demi mimpi mulianya yakni membantu pengembangbiakan burung hantu demi menyelamatkan pertanian yang belakangan banyak terusik oleh hama tikus.

Ditemui di rumahnya setahun silam, petani yang tinggal sebatang kara itu menceritakan kepeduliannya terhadap burung hantu bermula dari fenomena serangan hama tikus yang merajalela sejak dua tahun lalu.

Keresahan petani yang putus asa karena tidak ada lagi solusi, akhirnya membuatnya tergerak memikirkan bagaimana mengembalikan keseimbangan ekosistem melalui predator burung hantu.

Buat Pagupon Dibagi Gratis 

Usahanya diawali dengan membuat kandang atau pagupon. Dengan sisa tenaganya ia buat sendiri pagupon dari bahan kayu jati, triplek, papan dan tiang besi.

Baca Juga :  Memperingati Hari Agraria 25 September, BPN Sragen Targetkan 2025 Semua Tanah Sudah Terdaftar Lengkap

Pagupon itu kemudian ia pasang di sawahnya. Ternyata usahanya berbuah hasil. Tak butuh waktu lama, pagupon itu langsung dihinggapi burung hantu yang berada di alam bebas.

Rumah penangkaran burung hantu alami milik Mbah Karno. Foto/Wardoyo

Dari 4 pagupon yang sudah ia pasang, kini semua sudah dihuni oleh burung hantu yang datang dari alam liar. Bahkan sebagian di antaranya sudah beranak pinak.

“Awalnya prihatin, kasihan petani hama tikus seperti nggak terkendali. Apalagi pasang setrum dilarang dan sudah banyak memakan korban. Akhirnya saya punya ide buat gupon (kandang atau rumah burung hantu) sendiri. Saya beli bahan sendiri, saya kerjakan setiap longgar. Alhamdulillah sudah ada 4 pagupon yang saya hasilkan dan saya pasang di sawah. Dulunya dapat bantuan 8 gupon dari pemerintah,” ujarnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM .

Mbah Karno menuturkan pagupon yang ia pasang semuanya tidak pernah diisi burung hantu. Akan tetapi dengan desain yang luas, ternyata otomatis menarik burung hantu liar untuk mendiami.

Baca Juga :  Sebanyak 1136 Nomor Induk Berusaha Berusaha (NIB) UMKM di Sragen Berhasil Diterbitkan Hanya Dalam Waktu Satu Hari, Pelaku UMKM Merasa Terbantu

Hal itu membuatnya makin bersemangat. Setiap hari ia selalu memanfaatkan waktu luang untuk membuat pagupon.

Pagupon buatannya berukuran 40 x 80 cm dengan ketebalan lantai 2 cm. Meski dibuat dengan sederhana, pagupon kreasi Mbah Karno tak kalah dengan buatan perajin aslinya.

Saat ini, ia sudah memiliki stok 7 pagupon siap pasang. Ia menyebut untuk membuat satu pagupon, dibutuhkan setidaknya dua sampai tiga hari.

“Sebenarnya untuk samben (sampingan) saja. Namanya orang sakit, ya sebisanya. Kadang dua hari, kadang tiga hari dapat satu gupon. Kalau ada petani wilayah sini yang butuh, saya beri gratis. Tapi kalau petani luar wilayah ya cukup ngganti bahannya saja. Kalau beli di Solo ya sekitar Rp 500.000an Mas,” urainya.

Penangkaran Burung Hantu

Selain pagupon untuk sawah, Mbah Karno juga membuat satu kandang besar berukuran 1 x 1 meter di rumahnya.

Halaman selanjutnya »

Halaman :  1 2 Tampilkan semua
  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com