JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Di tengah kabar resesi pada tahun depan, kabar gembiranya, Indonesia tidak termasuk dalam klasifikasi negara yang rentan terdampak.
Kabar gembira itu disampaikan oleh ekonom senior Dana Moneter Internasional (IMF), Yan Carrière-Swallow.
Dia menilai Indonesia tidak termasuk negara yang rentan dalam menghadapi bahaya resesi dan inflasi yang diprediksi meningkat di tahun depan.
Menurutnya, meskipun inflasi di atas target, ia tidak terlalu tinggi dalam konteks ekonomi global.
“Indonesia menjadi salah satu ekonomi yang paling tangguh, dalam hal memiliki tingkat penyangga yang sehat,” katanya kepada Tempo, Selasa (1/11/2022) lalu.
Meskipun demikian, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2023 mencapai 5 persen, turun 0,3 persen dari tahun ini.
Menurut Yan Carrière-Swallow, angka tersebut masih lebih tinggi dibandingkan negara lain.
Turunnya prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia itu, “Sebagian besar karena ketidakpastian global akibat perang, inflasi, dan krisis komoditas sehingga berpengaruh terhadap investasi,” kata Yan.
Yan Carrière-Swallow menilai target pertumbuhan ekonomi dari pemerintah Indonesia, yang mencapai 5,3 persen, bukan hal yang tidak mungkin meskipun sulit.
Untuk mewujudkannya, Indonesia perlu berinvestasi lebih di bidang-bidang tertentu, seperti pendidikan, layanan kesehatan, dan infrastruktur. Hal ini akan mendorong ekonomi lebih produktif dan bertahan dalam jangka panjang.
Dalam wawancara panjang dengan Tempo, Yan memaparkan situasi ekonomi global dan dampaknya bagi Indonesia.
Keduanya juga menanggapi soal utang luar negeri Indonesia, melemahnya rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, target investasi Rp 1.900 triliun pada tahun depan, hingga pembangunan Ibu Kota Nusantara.