JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Ancaman krisis pangan mulai menunjukkan keseriusan. Ini ditandai dengan menipisnya stok beras di pasar besar nasional.
Menteri Pertanian pun diminta segera turun ke lapangan untuk mengecek kondisi riil stok beras yang mulai mengkhawatirkan.
Salah satunya stok beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta. Di pasar induk yang menjadi sentra perdagangan beras nasional itu, stok saat ini sudah berada di bawah angka aman.
Stok beras itu pun hanya tinggal beras mahal alias premium. Sementara stok beras untuk kelas biasa sudah nyaris kritis.
Hal tersebut diungkapkan salah satu pedagang beras di Pasar Induk Cipinang Jakarta Timur, Billy Haryanto, Jumat (25/11/2022).
Pengusaha nasional yang akrab disapa Billy Beras itu menyebut saat ini kondisi stok beras di Pasar Induk Cipinang tinggal 20.000 ton.
Stok yang ada itu semuanya merupakan beras jenis premium. Adapun untuk stok beras medium biasanya diperoleh dari Perum Bulog. Di mana setiap minggunya Bulog memberikan jatah 2.000 ton untuk Pasar Induk Beras Cipinang.
“Kalau stok beras di pasar Induk Cipinang sudah di bawah 20.000 ton dan itu pun beras mahal semua. Sudah mengkhawatirkan stok dan harga beras. Padahal masih lama tunggu panen di bulan 2,” kata Billy kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Jumat (25/11/2022).
Atas kondisi itu, Billy pun mempertanyakan pernyataan Kementerian Pertanian yang masih kekeh menyebut stok beras aman.
Menurutnya, fakta di lapangan minimnya stok beras juga karena sedikitnya pasokan dari panenan petani. Jika panenan banyak, secara logika pasti serapan beras atau gabah ke Bulog akan banyak pula.
“Apanya yang direbutin? Memang panenan sedikit. Kalau banyak beras semua pasti kontrak ke Bulog, toh harga mengikuti pasar Bulog. Lebih enak masuk Bulog daripada bawa Jakarta,” kata dia.
Ia juga tak setuju dengan pernyataan Kementerian Pertanian yang mengatakan bahwa stok beras atau gabah masih surplus.
“Kementan aja yang mabuk masih bilang surplus-surplus. Kita pelaku usaha ketawa aja. Kasihan rakyat miskin dampak nya pangan mahal,” kata Billy.
Oleh karenanya, pengusaha kelahiran Sragen itu meminta Menteri Pertanian untuk datang ke pasar terutama Pasar Induk Beras Cipinang untuk mengetahui stok teranyar dari beras.
“Yang Terhormat Bapak Yasin Limpo tolong cek, di pasar induk Cipinang aja lihat sendiri berapa truk yang masuk tiap hari. Dikit sekali dan mahal harganya. Ini tanda-tanda barang langka,” jelasnya.
Jika stok di pasaran sedikit, Ia mengkhawatirkan akan berdampak pada makin naiknya harga beras ditingkat konsumen.
Disinggung apakah setuju dengan adanya impor beras untuk stok di Perum Bulog. Billy mengatakan saat ini yang dibutuhkan ialah harga yang stabil.
“Kalau pedagang mikirnya yang penting harga stabil, obatnya pemerintah harus Import. Toh buat cadangan pemerintah ini, nggak ada dampaknya ke petani karena cuman 200.000 sampe 500.000 rencana import. Belum ada panen juga 2 bulan ini kalo import pas momennya,” ungkapnya.
Tidak Boleh Main-Main
Kepala Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA), Arief Prasetyo Adi menegaskan penyerapan dari dalam negeri akan menjadi prioritas dalam pemenuhan stok di Bulog.
Adapun impor hanya menjadi opsi alternatif apabila ketersediaan di dalam negeri tak mampu memenuhi.
“Kebutuhan beras nasional itu diutamakan dalam negeri, tapi untuk ketersediaan apabila memang dirasakan perlu pengadaan ketersediaan dari luar negeri itu akan dilakukan,” kata Arief ditemui di Kawasan DPR RI, Rabu (23/11/2022).
Dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi IV kemarin (23/11/2022) disepakati bahwa Kementerian Pertanian akan membantu Bulog dalam mendapatkan stok beras hingga 600.000 ton.
Untuk pemenuhan tersebut, Kementerian Pertanian diberikan waktu 6 hari kerja sejak putusan RDP tersebut.
Namun, Arief mengatakan apabila opsi impor untuk pemenuhan stok di Bulog dipilih, maka harus dilakukan segera. Hal itu berkaca pada logistik dan lainnya untuk impor memerlukan waktu.
“Tidak boleh terlambat Kenapa karena vessel dan lain-lain perlu waktu. Kita nggak boleh main-main dengan pangan nasional,” kata Arief.
Ia menekankan mengenai pemenuhan ketersediaan yang wajib dilakukan negara. Kemudian Ia menegaskan urusan perut masyarakat tidak bisa dibuat main-main.
“Ini soal ketersediaan nomor satu wajib bagi kita semua, yang kedua kalau urusan perut jangan main-main. Kalau itu (impor) memang harus diputuskan kita akan putuskan segera,” ungkapnya.
Namun kembali Ia mengatakan keputusan impor akan melihat bagaimana kondisi dalam negeri.
Arief menjelaskan, ada November hingga Desember akan terjadi rebutan gabah di lapangan, karena produksinya sesuai dengan kerangka sample area dari Badan Pusat Statistik (Statistik) hanya 3 juta ton.
“Kebutuhan kita rata-rata 2,5 sampai 2,6 juta sebulan artinya 5 juta. Kalau produksi hanya 3 juta kemudian ini 5 juta kita pasti akan sorted tidak? Kita akan berebut gabah ngga? Itu poin saya. Sehingga pada saat berebut gabah harga akan naik. Nah perintahnya presiden jaga inflasi. Apakah bisa kalau gitu? bisa ngga dikerjakan? Nah itu tugas saya sama Pak Buwas (Budi Waseso),” pungkas dia. Wardoyo