SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – PLt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen, Didik Haryanto membeberkan tiga penyakit paling mematikan yang terjadi di Sragen.
Tiga penyakit yang masuk daftar penyumbang kematian tertinggi itu adalah jantung, paru dan kanker.
“Saat ini penyakit yang paling mematikan tertinggi adalah jantung. Itu menyumbang kematian 30 %. Setelah itu di posisi kedua penyakit paru-paru dan ketiga kanker,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM saat menghadiri puncak peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) Jateng di Gedung SMS Sragen, kemarin.
Didik mengungkapkan tiga penyakit paling mematikan itu biasanya berjangkit karena beberapa faktor.
Faktor utama pemicunya adalah karena pola hidup yang tidak seimbang. Seperti pola makan yang asal enak di lidah tanpa memperhatikan gizi.
“Jadi pola makan ini mestinya tidak hanya yang enak di lidah saja tapi harus memenuhi kebutuhan gizi. Sekarang banyak yang bergeser yang makanan cepat saji dan itu sangat berbahaya karena kandungannya kadang tidak terkontrol,” urainya.
Lantas perilaku konsumsi minuman suplemen atau penambah stamina, juga menjadi faktor yang bisa memicu terjangkit ketiga penyakit di atas.
Konsumsi minuman suplemen berlebihan untuk menambah kebugaran badan, juga sangat berisiko mengakibatkan penyakit mematikan.
“Minuman doping atau suplemen itu kalau berlebihan bisa bahaya. Mungkin pinginnya badanya segar tapi sejatinya itu justru nggak baik. Sekarang kan banyak kasus di mana usia usia muda di bawah 30 tahun sudah terserang gagal ginjal karena kebanyakan minum suplemen,” terangnya.
Lantas untuk mencegah penyakit mematikan, Didik menyebut kunci utamanya adalah menjaga pola hidup sehat.
Mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang, pola tidur yang teratur, menjaga pikiran serta olahraga teratur akan sangat membantu untuk menjaga kondisi kesehatan.
“Olahraga teratur tentunya disesuaikan dengan umur. Kemudian penting untuk menjaga pikiran agar rileks. Karena sakit itu sendiri kadang juga pengaruhi beban psikologis. Makanya perlu refreshing,” tandasnya.
Pentingnya menjaga pola hidup sehat untuk mencegah sakit itulah yang saat ini tengah digelorakan oleh pemerintah melalui momentum HKN.
Dengan menjaga pola hidup sehat, diharapkan bisa menekan risiko terserang penyakit dan mengurangi tindakan pengobatan.
“Harapannya dengan HKN ini bisa menggerakkan kesadaran masyarakat pentingnya mencegah daripada mengobati. Karenanya kita gencarkan sosialisasi pelayanan pada preventif dan promotif sehingga kalau berhasil mencegah maka akan bisa mengurangi kuratifnya (pengobatan). Karena pencegahan lebih baik dari pada pengobatan, apalagi secara biaya tadi pada jatuh kondisi sakit biaya lebih mahal,” tandasnya. Wardoyo