
YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Tradisi Labuhan Alit digelar oleh para abdi dalem Keraton Yogyakarta dan masyarakat di Pantai Parangkusumo, Bantul pada Selasa (21/2/2023).
Labuhan alit tersebut diselenggarakan bertepatan dengan momentum tingalan jumenengan dalem atau peringatan bertahtanya Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Tradisi tersebut biasanya diselenggarakan setiap tanggal 30 Rejeb Tahun Jawa dengan mengambil lokasi di pesisir pantai selatan Yogyakarta.
Tahun 2023 ini, persisnya 7 Maret mendatang, Sultan HB X genap 34 tahun dinobatkan sebagai raja keraton pada 7 Maret 1989.
“Labuhan ini untuk mendoakan sinuwun (Sultan HB X) agar diberi umur panjang, keberkatan, dan kesehatan, juga para abdi dan masyarakat Yogyakarta serta Indonesia agar ayom-ayem, toto- titi- tentrem, kerto raharjo (rukun, tentram, sejahtera),” kata Abdi Dalem Parangkusumo Mas Bekel Surakso Tri Rejo.
Masyarakat dan wisatawan pun dalam labuhan kali ini bisa menyaksikan lagi dari dekat tahapan demi tahapan prosesi pasca tak adanya pembatasan kegiatan seiring meredanya pandemi Covid-19.
Labuhan berasal dari kata labuh yang memiliki arti membuang atau menghanyutkan sesuatu ke sungai maupun laut.
Tradisi Labuhan Alit ini diawali dengan penyerahan ubarampe (semacam sesaji) yang dibawa para abdi dari Keraton Yogyakarta menuju pendopo Kecamatan Kretek Bantul Yogyakarta.
Ubarampe yang dibawa terdiri dari pengajeng, pendherek serta lorodan ageman dalem (pakaian dan kain) dengan total 30 buah. Diantara ubarampe tersebut, terdapat rikma dan kenaka atau potongan rambut serta kuku Sultan Hamengku Buwono X.
Setelah dibongkar dan diteliti kelengkapannya, ubarampe yang diserahkan itu beramai-ramai diarak ke Cepuri, semacam tempat ritual di pinggir Pantai Parangkusumo untuk dilakukan prosesi upacara adat.
Setelah itu prosesi dilanjutkan oleh 12 cantrik yang melepas ubarampe itu ke laut lepas. Pada prosesi ini, terdapat tiga ancak di mana masing-masing ancak atau wadah ubarampe ditandu masing masing oleh empat cantrik.
Di lokasi Cepuri Pantai Parangkusumo ini, terdapat bongkahan batu yang diyakini masyarakat sebagai tempat pertapaan Panembahan Senopati, pendiri cikal bakal Kerajaan Mataram Islam.
Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Bantul Nugroho Eko Setyanto mengatakan Labuhan Alit merupakan upacara adat yang hanya digelar di Pantai Parangkusumo dan Gunung Merapi.
“Kegiatan ini dilakukan setiap tahun dan menjadi pengingat sekaligus penyemangat masyarakat Yogyakarta agar senantias melestarikan kebudayaan, khususnya kebudayaan Jawa,” kata dia.
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.














