SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo terus melakukan evaluasi atas terjadinya banjir di Solo pada Kamis (16/2/2023) lalu.
Menurut Kepala BBWS Bengawan Solo Maryadi Utama, hujan pada Kamis (16/2/2023) lalu dari hasil evaluasi menjadi curah hujan tertinggi selama 10 jam.
“Dari jam 2 siang sampai jam 11 malam. Kita berbarengan, lalu debit air dari Klaten khususnya Sungai Dengkeng dan Sungai Samin. Ditambah hujan di Wonogiri dan sekitarnya. Itu masuk semua di Bengawan Solo sampai kemarin siaga merah. Ditambah hujan tidak ada hentinya kapasitas pompa kita tidak bisa mengimbangi,” terangnya.
Banjir itupun disebut-sebut menjadi reka ulang banjir terbesar setelah kejadian tahun 2007 silam.
“Itu banjir terbesar dan ini terjadi setelah 16 tahun terakhir. Banjir tahun 2007, jadi ini reka ulang yang terbesar,” katanya.
Sebagai bentuk antisipasi pihak Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo berencana membuat parapet sepanjang 250 meter.
“Kita sudah petakan titik-titik di Joyontakan terus Sumbingan. Kita akan buat parapet sepanjang 250 meter dan juga ada beberapa penambahan kapasitas pompa. Kami akan laksanakan segera,” paparnya usai berkoordinasi dengan Walikota Solo terkait penanganan banjir.
Stasiun pompa yang ditambah, dijelaskannya rata-rata akan menyedot 500 liter air per detik. Kemudian akan ditambah pula 2 unit mobil pump.
“Jangka pendeknya kami akan membuat pintu klep di sisi (swalayan) Mitra 10 (Sungai Premulung), itu juga bisa disiapkan. Dananya kebetulan ada dan kami memperbaiki beberapa pintu, kemarin juga ada kebocoran klep,” katanya.
Terkait hal itu, pihaknya juga sudah mengajukan anggaran sebesar Rp 50 miliar untuk mengatasi banjir di Kota Solo dan sekitarnya. Diharapkan pengerjaan bisa dilakukan pada tahun ini. Ando