BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM — Harga beras di wilayah Boyolali terus melambung. Bahkan harga beras naik melebihi harga eceran tertinggi (HET) Rp 9.450. Kini harga beras dipasaran tembus Rp 10,5 – Rp 11 ribu /kilogram. Sedangkan kemasan 5 kilogram tembus Rp. 73 ribu.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Boyolali, Joko Suhartono mengakui, harga beras dengan kualitas medium melambung. Bahkan diatas HET yang ditetapkan pemerintah, Rp 9.450/kilogram.
“Saat ini harga beras mencapai Rp 10,5 – Rp 11 ribu/kilogram. Naik hingga Rp 1,5 ribu/kilogramnya,” katanya Selasa (7/2/2023).
Menurutnya, kenaikan harga beras dipicu karena belum ada panen serentak. Panen raya diprediksi masih beberapa bulan ke depan. Meski di Boyolali stok beras masih aman. Hanya saja stok beras memang berkurang. Sehingga beras dengan kualitas medium mengalami kenaikan harga. Daerah juga telah meminta agar Bulog segera mengeluarkan stok beras.
“Kurang lebih, 315 ton beras (Stok Bulog,red) akan didrop ke seluruh Indonesia, ke toko-toko. Kemarin, katanya kita juga mendapat distribusi beras. Nanti akan kami sebar ke seluruh kecamatan. Makanya kita akan komunikasi lagi dengan Bulog.”
Pedagang beras di Jelok, Cepogo, Puri Nurul Utami mengamini harga beras sudah naik sejak bulan lalu. Karena harga beras melambung tinggi dia tidak melayani penjualan eceran perkilogram.
“Kinu saya cuma jual kemasan lima kilogram. Untuk merek C4 harganya Rp 73 ribu, Naga Rp 73 ribu, lalu merek Matahari dan Angsa harganya Rp 73 ribu. Itu naik semua dari harga sebelumnya cuma Rp 58 ribu/lima kilogram.”
Terpisah, Ketua DPD Perpadi Jawa Tengah, Tulus Budiyono mengungkapkan, bahws faktor utama tingginya harga beras karena belum ada panen merata. Selama ini panen padi masih sporadis. Kemudian stok yang ada di penggilingan dan pengusaha kosong. Lantaran panen raya diprediksi pada awal Maret dan puncaknya April.
“Kalau kondisi pangan sudah seperti ini, seharusnya pemerintah keluarkan cadangan beras yang ada di Bulog untuk operasi pasar. Yang penting digelontorkan sebanyak-banyaknya. Agar nanti stok (Kebutuhan) yang ada di pasar itu terpenuhi.”
Tulus menilai, jika stok pasar terpenuhi, maka masyarakat ayem. Sehingga tidak sampai menimbulkan panic buying. Karena hal tersebut yang dikhawatirkan dan bisa berdampak pada harga pasar lagi. Waskita