JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Gempa bumi besar dengan magnitudo 7,7 terjadi di bagian tenggara wilayah Turki dan Suriah Barat.
Gempa ini terjadi tepat pada Senin (6/2/2023), berepisentrum di perbatasan kedua negara dan terjadi sekitar pukul 04.17 pagi waktu setempat atau 08.17 WIB. Pusat gempa diketahui berada di Kahramanmaras, Provinsi Gaziantep, Turki.
Gempa besar yang mengguncang Turki dan merembet hingga Suriah ini meruntuhkan sejumlah apartemen di kota-kota Turki dan menumpuk lebih banyak kehancuran pada jutaan warga Suriah.
Akibat peristiwa tersebut, setidaknya tercatat 3.700 orang tewas dan ribuan lainnya luka-luka. Bahkan, hingga kini jumlah korban masih terus bertambah sejalan dengan masih berlangsungnya proses evakuasi.
Namun, kondisi semakin parah lantaran Turki tengah dilanda musim dingin yang beku. Hal ini tentu menambah penderitaan ribuan orang yang terluka, kehilangan keluarga, tempat tinggal, juga menghambat proses penyelamatan korban.
Terbayang besarnya kekuatan gempa, sejumlah korban sempat menuturkan bagaimana detik-detik perisitiwa mematikan dan menakutkan itu terjadi.
Seorang korban bernama Tulin Akkaya mengungkapkan bahwa dirinya baru saja terbangun saat gempa bumi terbesar tersebut melanda Turki.
Baru kemudian pada guncangan kedua dia bergegas menyelamatkan diri. Sambil mengumpulkan sisa-sisa kesadarannya, Akkaya bergegas keluar.
“Saya sangat takut. Saya merasakan (gempa susulan) sangat kuat karena saya tinggal di lantai paling atas,” ujar Akkaya dilansir dari TRT World dan dikutip dari tempo.co.
“Kami bergegas keluar dengan panik. Itu hampir sama dengan gempa pagi. Saya tidak bisa kembali ke apartemen saya sekarang, saya tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya,” tambahnya.
Di samping itu, Halis Aktemur, pria berusia 35 tahun juga sedang mencari seseorang untuk diselamatkan kembali di Diyarbakir. Ia termasuk yang pertama tiba di lokasi gedung besar pertama yang roboh.
“Kami berhasil menyelamatkan tiga orang, tapi dua tewas. Setelah gempa kedua, saya tidak bisa pergi kemana-mana. Saya pikir mereka akan membutuhkan bantuan saya lagi,” tutur Aktemur.
Guncangan kedua terjadi tepat ketika para penyintas mulai berjalan kembali ke apartemen untuk mengambil barang-barang yang dapat mereka gunakan untuk bertahan di malam yang sangat dingin tersebut.
Guncangan terus terjadi hingga menyebabkan bangunan-bangunan di kota lain yaitu Diyarbakir dan Kahramanmaras luluh lantak dengan tanah.
Seorang jurnalis yang tinggal di Kahramanmaras bahkan mereka sempat berpikir kejadian menakutkan itu adalah kiamat.
“Karena saya tinggal di zona gempa, saya terbiasa terguncang. Tapi itu pertama kalinya kami mengalami hal seperti itu. Kami pikir itu adalah kiamat,” kata perempuan berusia 23 tahun itu.
Korban gempa lainnya adalah Erdal Bay, seorang Profesor di Universitas Gaziantep. Ia lantas menjelaskan bahwa saat terjadi gempa bumi hebat itu, ia masih bergelung dengan selimut hangat.
Ia sendiri telah menetap di Gaziantep selama belasan tahun. Saat gempa terjadi pun, ia segera menyelamatkan diri. Meskipun bangunan rumahnya tidak rusak diguncang gempa, namun seluruh perabotan rumahnya hancur berserakan.
“Saya pikir garis antara hidup dan mati sudah tipis sekarang, dan semuanya akan berakhir. Saya memikirkan keselamatan keluarga saya,” kata Bay.
“Saya mencoba membawa anak-anak saya ke tempat yang aman. Ibuku sudah tua. Kami meninggalkan gedung setelah gempa pertama,” tuturnya.
Bay, membagikan ceritanya tersebut dengan Anadolu Agency melalui WhatsApp dan pesan teks, lantas mencoba meninggalkan Gaziantep dengan mengendarai mobil.
“Kami sedang berada di kendaraan kami sekarang. Banyak orang di dalam mobil. Ada kekacauan dan lalu lintas di mana-mana,” jelas Bay.
Ia juga menuturkan bahwa gempa yang terjadi pada hari Senin tersebut merupakan gempa yang paling kuat yang pernah dia rasakan dalam hidupnya.
“Ini adalah gempa yang sangat kiat. Saya pernah mengalami gempa bumi yang berbeda sebelumnya tetapi belum pernah merasakan gempa yang berlangsung selama ini,” kata Bay.
“Semua orang meninggalkan rumah tanpa persiapan. Kami tidak punya tas darurat, tidak ada kesadaran bahwa kami tidak boleh menggunakan lift,” ujarnya mengungkap betapa daruratnya situasi pada saat gempa berlangsung.
Lebih lanjut, menurut informasi, gempa bumi ini adalah gempa terkuat Turki sejak gempa Erzincan pada Desember 1939 yang menewaskan sekitar 32.000 orang.
Pemerintah Pasok Bantuan
Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) mencatat, pusat gempa berada di Laut Aegea, sekitar 14 kilometer arah timur laut Kota Neon Karlovasion di pulau Samos, Yunani dengan kedalaman relatif dangkal yakni 10 kilometer. Namun Badan Bencana Turki menyebut pusat gempa berada di kedalaman 17 kilometer.
Bencana gempa yang bermagnitudo cukup besar akan mengakibatkan bencana tsunami kecil yang menerjang Kota Serifihsar di bagian barat daya Izmir.
Di media sosial terlihat beberapa video yang memperlihatkan warga berlarian menjauhi pesisir pantai setelah melihat air laut yang mendadak menjadi surut usai terjadi gempa, di video lainnya nampak aliran air yang mengalir deras sehingga menyebabkan banyaknya bangunan yang roboh.
Pemerintah Turki pun langsung mengirimkan bantuan ke lokasi bencana, sementara warga setempat masing-masing juga sudah mulai mengevakuasi diri.
Kantor berita setempat melaporkan bahwa getaran gempa terasa hungga Ibu Kota Istanbul. Menteri Dalam Negeri Turki, Suleyman Soylu berkata ada laporan bangunan rusak di daerah Usak, Denizli, Manisa, Balikesir, Aydin, dan Mugla.
Melalui akun media Twitter pribadi miliknya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuliskan sebuah pesan yang berisi panjatan doa untuk korban gempa di Kota Izmir.
“Doa saya selalu menyertai para korban,semoga segera pulih Izmir. Dengan segala upaya serta sarana kami untuk membantu warga kami yang terkena dampak gempa, Kami mengambil tindakan untuk memulai pekerjaan yang diperlukan di wilayah tersebut dengan semua lembaga dan menteri kami yang relevan,” tulis Erdogan. Wahyu Fajar Lestari / Sindhy Rahmania A