JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Dari sejumlah negara eksportir ilegal pakaian bekas, Malaysia termasuk yang paling banyak, baru kemudian disusul Korea Selatan, Cina, Taiwan, Jepang dan Thailand.
Malaysia mendominasi ekspor pakaian bekas ke Indonesia sebanyak 24.544 ton, Korea Selatan 588 ton, dari Cina 358 ton, Taiwan 188 ton, disusul Jepang 92 ton, serta dari Thailand 38 ton.
Demikian diungkapkan oleh Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) pada Jumat (31/3/2023). Di Malaysia, bisnis pakaian bekas atau bundle business terus menggeliat.
Permintaan barang bekas di Malaysia pada pertengahan tahun lalu, seperti diwartakan The Star, semakin meningkat karena masyarakat mencari alternatif untuk mengurangi pengeluarannya menyusul kenaikan biaya hidup.
Pedagang yang menjual barang-barang bekas tersebut mengaku mendapatkan lebih banyak pelanggan – dari kalangan kaya dan miskin, sejak awal pandemi Covid-19.
Khairulnizam Haron, yang mengoperasikan toko semacam itu di Bandar Baru Uda, Johor Baru, mengatakan pelanggannya berkisar dari kolektor barang bekas, hingga mereka yang membutuhkan pilihan pakaian yang lebih murah. Dia sendiri menjual sepatu dan pakaian bekas.
“Anda bisa menemukan pakaian dan sepatu yang paling langka, termasuk yang tidak umum ditemukan di sekitar toko di negara ini, di toko bundel seperti milik saya,” kata Khairulnizam Haron (29).
Masing-masing thrift shop memiliki temanya sendiri dan melayani audiens target tertentu, serupa bisnis lainnya seperti gerai makanan atau toko ritel.
Namun kesamaan yang mereka miliki adalah mendapatkan dan mengkurasi berbagai jenis pakaian dari berbagai tempat untuk pelanggan mereka.
Shakira dan Zamir salah satu pemilik bisnis bernama OKGO, mengaku mendapatkan pakaian mereka dari pemasok yang berbeda dan memilihnya berdasarkan kualitas dan juga gayanya.
“Kami lebih memfokuskannya pada pakaian vintage dari tahun 70-an hingga 2000-an,” katanya kepada Masses.
Keduanya mengungkapkan, sebagian besar pakaian bekas di toko barang bekas di Malaysia diperoleh dari Amerika Serikat, Kanada, dan Korea Selatan. Tak jarang barang dijual dengan barang sesuai tahun keluaran dan tingkat kelangkaan.
Pakaian bekas adalah salah satu sektor dengan pertumbuhan tercepat di pasar fashion global, sebab konsumen mencari alternatif yang terjangkau dan ramah lingkungan untuk fast fashion.
Laporan 2021 dari platform penjualan kembali ThredUp dan firma analitik GlobalData memproyeksikan bahwa penjualan pakaian bekas akan meningkat menjadi hampir US$77 miliar pada 2025 dari US$36 miliar pada 2022.
Sebagian besar aktivitas itu terjadi secara online, di situs penjualan kembali seperti Etsy, eBay, dan Grailed. The New York Times menyebut, sejumlah besar penjual beroperasi di Asia Selatan, dan Malaysia pada khususnya.
25.000 Ton Barang Bekas Masuk Indonesia
API, berdasarkan data ekspor dari negara tetangga ke Indonesia, menyatakan jumlah pakaian bekas impor ilegal yang masuk ke Indonesia begitu besar. Bahkan, mencapai 25. 808 ton sepanjang tahun lalu.
Ketua Umum API Jemmy Kartiwa Sastraatmadja, dalam Konferensi Pers terkait Importasi Tekstil Ilegal di Indonesia, Jumat, 31 Maret 2023, mengatakan, dari angka itu, Malaysia mendominasi sebanyak 24.544 ton, dan Korea Selatan masuk 588 ton.
Kemudian dari Cina sebanyak 358 ton, Taiwan tercatat 188 ton. Jepang sebanyak 92 ton, serta dari Thailand memuat 38 ton.
“Impor pakaian bekas ilegal ini, anggaplah satu kilonya empat potong, maka 25,8 ribu ton ini sekitar 350 ribu potong per hari impor pakaian ilegal,” kata Jemmy.
Menggemakan pernyataan Presiden RI Joko Widodo, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengungkapkan banjirnya impor pakaian bekas ilegal ini sangat memukul industri tekstil menengah bawah seperti UKM.
Teten menilai langkah pengawasan yang dilakukan pemerintah sudah sangat tepat.
“Ini tercatatnya di luar, nggak di Indonesia, dari negara pengekspor, karena di Indonesia itu termasuk ilegal, jadi tak tercatat,” pungkas Teten.