Beranda Edukasi Kesehatan Dampak Cuaca Panas, Awas, Anak Bisa Kekurangan Cairan

Dampak Cuaca Panas, Awas, Anak Bisa Kekurangan Cairan

cuaca panas ekstrem
Ilustrasi cuaca panas ekstrem

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Dampak cuaca panas yang cukup ekstrem belakangan ini, bukan hanya berdampak pada panas di tubuh, namun tubuh juga bisa kekurangan cairan.

Dampak cuaca panas tersebut tidak hanya dirasakan oleh orang-orang dewasa, namun juga pada anak-anak yang masih bayi.

Karena itulah, dokter spesialis anak RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Dr. dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A (K) mengingatkan orang tua soal ini.

Orngtua diimbau untuk memastikan bayi mereka tidak kekurangan cairan. Hal itu penting untuk mencegah terjadinya sakit atau kematian bayi pada kondisi perubahan suhu ekstrem.

“Kalau kita mengalami peningkatan kenaikan suhu yang cukup dramatis di lingkungan kita maka kita harus memastikan bahwa anak tidak kekurangan cairan. Tentu kita bisa memberikan minum yang lebih banyak dari biasanya,” ucap Nastiti.

Penelitian di Kanada, kata Nastiti, menunjukkan ada hubungan antara peningkatan suhu ekstrem dengan kematian mendadak bayi terutama pada usia 3-12 bulan.

Saat suhu meningkat maka akan terjadi penguapan atau evaporasi sehingga bayi bisa jatuh dalam kondisi dehidrasi.

 

Dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) itu juga mengatakan cairan merupakan komponen yang penting untuk kelangsungan hidup bayi sehingga dehidrasi bisa mengancam jiwa. Hal itu juga dikaitkan dengan belum matangnya pengatur suhu di otak bayi.

“Kita tahu bahwa bayi itu masih mengalami proses tumbuh kembang termasuk organ-organ pentingnya. Jadi, mereka makin muda (baru lahir) makin sensitif terhadap perubahan mendadak lingkungan termasuk suhu,” ucap Nastiti.

Nastiti juga mengingatkan untuk ibu yang sedang menyusui untuk meningkatkan konsumsi cairan supaya produksi ASI meningkat.

Jika produksi ASI meningkat, bayi juga mendapatkan cairan lebih banyak. Konsumsi cairan pada ibu menyusui bisa didapatkan dari air putih, jus atau minuman susu.

Selain itu, untuk mengurangi paparan suhu ekstrem yang meningkat, anak perlu dibatasi aktivitas di luar ruangan jika suhu sedang panas. Beri juga tabir surya khusus untuk anak.

Nastiti mengatakan, suhu ekstrem yang berisiko bagi anak bukan hanya panas, melainkan juga suhu ekstrem yang rendah. Paparan suhu rendah akan menyebabkan bayi mengalami hipotermia dan bisa mengancam jiwa.

Untuk suhu ekstrem yang rendah, dia mengingatkan orang tua untuk memberikan perlindungan pada bayi dengan memberikan pakaian panjang dan kaus kaki.

“Untuk yang suhu yang ekstremnya rendah, maka kita memberikan perlindungan pada bayi dengan memberikan pakaian yang panjang, menggunakan kaus kaki juga mencukupkan cairannya supaya bayi tidak jatuh dalam kondisi hipotermia,” ucap Nastiti.

Cuaca dengan temperatur yang meningkat juga bisa menimbulkan kekeringan sehingga faktor debu dan polusi juga bisa meningkat.

Nastiti menyarankan orang tua untuk memberikan tindakan pencegahan dengan menggunakan masker atau menggunakan pelindung wajah.

Jika bayi baru lahir, Nastiti menyarankan orang tua tidak sering membawa anak mereka bepergian. Orang tua juga perlu memantau aktivitas anak apakah tetap aktif atau tampak mengantuk lemas dan segera berkonsultasi ke dokter jika mengalami hal-hal tersebut.

www.republika.co.id