WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Ga bahaya ta, saat ini di era digital semuanya pakai gadget. Sampai urusan sekolah anak dipastikan tidak bisa lepas dari hp alias handphone.
Lihat saja model pembelajaran pakai hp sudah menjadi menu wajib sekolah. Hal itu menjadi kebiasaan bagi anak dalam per-hp-an. Bermain pun kini pakai hp, jarang ada anak bermain dolanan tradisional.
Jika itu kenyataannya lantas bagaimana cara mengawasi anak era digital bun?
Berangkat dari fakta itulah, Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga alias TP PKK Wonogiri memberikan sosialisasi parenting. Prinsipnya orang tua harus bisa mengawasi anak di era digital.
Ketua TP PKK Wonogiri Verawati Joko Sutopo mengatakan sosialisasi parenting itu mengajarkan tentang pola asuh kepada anak di era digital. Materi yang didapat dari tingkat provinsi itu ditularkan kepada semua kader di tingkat kecamatan.
Bu Vera, sapaan akrabnya, pola asuh di era digital pada dasarnya sama dengan pola asuh yang baik sebelumnya. Hanya saja, orang tua diharapkan lebih aware dengan penggunakan hp si anak.
Dalam menggunakan hp, orang tua juga bisa ikut mengawasi. Misalnya, adalah orang tua mengetahui password hp anak.
Sebab bagaimana pun akan sulit mencegah anak bermain hp, apalagi pembelajaran juga membutuhkan hp. Langkah ini dilakukan agar hp tak disalahgunakan anak.
“Termasuk orang tua mengenali teman anak di dunia nyata dan dunia maya. Utamanya di medsos anak nge-link ke siapa saja. Yang difollow anak siapa kan bisa mempengaruhi anak,” beber Bu Vera.
Diakui, ada juga orang tua yang merasa gagap teknologi. Ada juga yang bisa bermain medsos namun malah sibuk bermain medsos sendiri. Orang tua harus bisa mengetahui aktivitas anak di medsos. Bisa juga menanyakannya ke orang yang paham dengan medsos.
Bicara soal parenting, imbuh Bu Vera, ada edukasi yang diberikan agar si anak tidak terjerumus ke hal yang tidak diinginkan. TP PKK juga sedang getol memnerikan edukasi agar nantinya anak bisa membentengi dirinya sendiri. Lewat orang tua, anak diberi edukasi agar bisa melindungi dirinya sendiri.
“Kita sudah keliling ke sejumlah kecamatan. Termasuk ke SD. Saya justru seneng ke SD karena bisa melakukan pencegahan sejak dini dan bisa lebih efektif. Yang kita undang orang tua anak,” sebut Bu Vera.
Bu Vera menjelaskan, alasan yang diundang bukan anak namun adalah orang tua anak karena orang tua anak yang dinilai lebih memahami karakteristik anak. Orang tua yang bisa lebih bisa memberikan pemahaman kepada anak yang memiliki karakteristik berbeda.
Harapannya, pihaknya memberikan edukasi ke orang tua dan orang tua menerapkan. Kalau ke anak, selain jumlahnya terlalu besar juga tiap anak kadang punya gaya komunikasi yang berbeda. Aris Arianto