SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Cara pemakaian keris pada seseorang, ternyata tidak sembarangan. Ada tata cara yang patut untuk dianut, karena masing-masing model mengandung makna dan tujuan tertentu.
Menurut sejarahnya, keris pada awalnya merupakan senjata tikam dari golongan belati.
Keris memiliki ujung runcing dan tajam pada kedua sisinya. Fungsi keris sebagai senjata itu berlangsung dari masa Kerajaan Hindu-Budha hingga akhir periode Kerajaan Mataram Islam.
Saat itu, keris digunakan sebagai alat untuk membela diri atau sebagai alat dan senjata perang.
Namun pada perkembangannya kemudian, keris tidak lagi semata-mata sebagai senjata, melainkan juga sebagai simbol pesona atau kelas sosial di masyarakat Jawa.
Pada zaman itu, keris, selain sebagai senjata juga sering dijadikan sebagai tanda mata pemberian raja yang paling tinggi nilainya kepada para bawahannya, baik itu perwira prajurit maupun abdi dalem.
Sementara di lingkungan keraton, keris bisa menjadi simbol pangkat dan kedudukan, serta identitas diri. Baik itu pribadi, keluarga atau bahkan klan.
Dengan demikian, bentuk dan bahan keris menjadi salah satu penentu yang membedakan status sosial seseorang. Namun di luar itu, perbedaan jabatan dan status seseorang juga ditentukan oleh cara mengenakan keris.
Ada banyak cara untuk memasang keris, dan cara pemasangan keris tersebut menunjukkan posisi, kedudukan atau status sosial yang bersangkutan.
Sebagai contoh, ada yang memasang keris miring ke kanan, miring ke kiri, lurus, atau bahkan di depan. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai jenis-jenis pengenaan keris, berikut adalah tata cara memakai keris menurut aturan busana adat Jawa, khususnya gaya Yogyakarta.
Klabang Pinipit
Cara memakai keris model Klabang Pinipit ini biasanya digunakan oleh masyarakat untuk kegiatan sehari-hari.
Ngewal
Cara mengenakan keris model ngewal biasanya digunakan oleh prajurit yang membawa senjata. Model ini digunakan supaya mereka tidak merasa kesulitan menggerakkan senjata saat berperang.
Nyothe
Cara pemakaian keris dengan model nyothe ini biasanya digunakan oleh para petinggi Jawa atau orang Jawa dengan kududukan penting saat siap siaga atau genting.
Tata cara pemakaian keris model nyothe ini dibagi menjadi dua, yakni Nyothe a dan nyothe b. Yang pertama, nyonthe a, biasanya digunakan oleh kawan kaji atau petinggi Jawa lainnya saat mereka berkendara atau duduk.
Sedangkan nyothe b biasanya digunakan oleh para ulama, kiyai, pinandito.
Nganggar
Khusus untuk model nganggar ini biasanya dipakai oleh prajurit yang mengendarai kendaraan. Tidak jarang mereka memakai dua bilah keris sekaligus: nganggar dan klabang pinipit.
Satriya Keplayu atau Lele Sinundukan
Tata cara pemakaian keris model satriya keplayu biasanya dipakai oleh para dalang.
Suhamdani | Berbagai sumber