Beranda Daerah Wonogiri Sejarah Desa Sendang Wonogiri Berawal dari Pelarian Kerajaan Majapahit, Simak di Profil...

Sejarah Desa Sendang Wonogiri Berawal dari Pelarian Kerajaan Majapahit, Simak di Profil Desa Sendang Wonogiri

Pengunjung berfoto di puncak bukit Watu Cenik, Desa Sendang, Kecamatan Wonogiri, Sabtu (6/1). Foto: Istimewa

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Setelah mengupas profil kecamatan yang ada di Wonogiri, kini giliran JOGLOSEMARNEWS.COM menyajikan profil desa di Wonogiri.

Diawali dari profil Desa Sendang Wonogiri yang menurut penuturan berawal dari pelarian Kerajaan Majapahit.

Melansir dari website sendang-wonogiri.desa.id, Desa Sendang diapit dan berbatasan langsung dengan dua kecamatan yakni Kecamatan Wuryantoro di sebelah selatan dan Kecamatan Selogiri di sebelah barat. Di sisi timur Desa Sendang terhampar perairan Waduk Gajah Mungkur.

Ada cerita yang kental tentang nuansa perubahan zaman di desa seluas 200-an hektare (ha) ini. Berdasarkan penuturan dari tokoh masyarakat sekaligus mantan Kades Sendang, H.Mino, Bc.Hk, bahwa menurut sejarah Desa Sendang Wonogiri, Desa Sendang pada awalnya dihuni oleh para pelarian Kerajaan Majapahit pada masa-masa keruntuhannya.

Para pelarian Kerajaan Majapahit ini lari karena enggan diperintah oleh Kesultanan Demak yang telah menaklukkan kerajaan yang beribu kota di Trowulan tersebut. Pasalnya, Kerajaan Demak memiliki keyakinan yang berbeda dengan mereka kala itu.

Akhirnya mereka lari ke berbagai penjuru. Salah satunya ke Desa Sendang. Dan mereka pun tidak langsung menempati lokasi balai desa saat ini, namun mereka memilih bermukim di dekat puncak bukit Sokogunung. Sekarang daerah tersebut dinamakan Dusun Sokogunung.

Semakin lama, jumlah kepala keluarga yang tinggal di sana semakin banyak karena para pelarian itu beranak pinak. Akhirnya beberapa keluarga memilih turun dari bukit dan membuat tempat tinggal baru. Dari situ muncul permukiman baru di kaki Bukit Sokogunung.

Sebelum Waduk Gajah Mungkur [WGM] dibangun, ada sungai yang mengalir di bawah Bukit Sokogunung. Karena zaman dulu sungai dianggap sebagai sumber kehidupan, maka semakin banyaklah orang-orang yang bermukim di situ, dan jadilah Desa Sendang. Kata “Sendang” dipilih karena di sekitar aliran sungai tersebut ada sebuah sendang.

Desa Sendang memiliki daerah yang luas dan memiliki 15 dusun. Saking luasnya, ada sebuah dusun yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Nguntoronadi di sisi timur.

Ketika ada proyek pembuatan Waduk Gajah Mungkur dimulai, ada delapan dusun yang terkena genangan air. Tiga di antaranya tenggelam karena terletak di sisi timur dan merupakan area pembuatan waduk. Mayoritas penduduk ketiga dusun yang tenggelam tersebut ikut program Bedol Desa yang dicanangkan Presiden ke-2 RI, Soeharto, saat pembangunan waduk WGM. Balai Desa yang kala itu berada di bawah dan terkena genangan air akhirnya dipindah ke tempat yang sekarang.

Desa Sendang menurut sejarahnya keberadaan sudah ada sejak kemerdekaan Republik Indonesia dan merupakan wilayah mangkunegaran yang terbentuk secara turun temurun.masyarakat sebelumnya dipimpin oleh kademangan.

Baca Juga :  Ramai ramai Andalkan Endorsement di Pilkada 2024, Paslon Justru Tidak PD, Strategi atau Gimmick Politik?

Adapun 10 Kademangan / Kepala Desa (sebutan sekarang) sepuluh terakhir yang dapat ditulis antara lain :

1. Noyo Sukarto (1945-1958)
2. Kartono (1958-1974)
3. Mino,BcHk (1974-1994)
4. Samsul Budiman (1994-1995)
5. S.Djono (1995-1998)
6. Murdoto (1998-1999)
7. Sukirno (1999-2002)
8. Sriyatni (2002-2012)
9. Budi Hardono (2012-2018)
10. Sukamto Priyowiyoto, S.H. (2018-sekarang)

Secara astronomis Desa Sendang terletak antara 110.8924 dan 8015’ Lintang Selatan (LS) dan antara -7.84553 Bujur Timur (BT) dan secara Topografis Desa Sendang mempunyai ketinggian 500 m dari permukaan laut. sebagian besar tanahnya berupa perbukitan, dengan + 60% bagian wilayah merupakan perbukitan kapur, terutama yang berada di wilayah daerah atas Desa.

Sebagian besar topografi tidak rata dengan kemiringan rata-rata 450, sehingga terdapat perbedaan antara kawasan yang satu dengan kawasan lainnya yang membuat kondisi sumber daya alam saling berbeda.

Jarak ke Ibu kota Kabupaten ± 7 km, begitu pula jarak ke Kantor Kecamatan juga 7 Km.

Kebesaran nama Sendang sangat melekat dengan keramah-tamahan masyarakatnya sebagai salah satu Desa Wisata di Wonogiri Sesuai dengan kondisi lingkungan geografis pemerintah Desa Sendang mendorong masyarakat dalam upaya peningkatan kesejahteraan taraf hidup.

Sebagai bukti dapat kita temui di Desa Wonogiri banyak potensi-potensi wisata alam yang berada di wilayah Desa Sendang yang dikelola oleh BUMDes Sendang yaitu “BUMDes Sendang Pinilih” sehingga mendorong masyarakat untuk menggiatkan kegiatan Ekonomi di Desa Sendang.

Secara geografis Desa Sendang sendiri terletak di perbatasan dengan:
Sebelah Utara : Kelurahan Wuryorejo
Sebelah Timur : Waduk Gajah Mungkur
Sebelah Selatan : Desa Gumiwang Lor
Sebelah Barat : Perhutani

Di daerah perbukitan-perbukitan yang ada, masyarakat menanam berbagai macam jenis tanaman seperti pohon jati, pinus, sono keling, mahoni, dan sengon.

Pola tata guna lahan terdiri dari Perumahan, Tegalan/Kebon, sawah dan penggunaan lainnya dengan sebaran perumahan sebesar 20 %, tegalan/kebon sebesar 50 %, sawah sebesar 20 %, dan penggunaan lainnya yang meliputi jalan, sungai dan tanah kosong sebesar 10 %.

Desa Sendang terdiri dari 12 dusun 7 RW dan 27 RT, dengan potensi perangkatnya terdiri dari seorang Kepala Desa (Kades), satu orang Sekretaris Desa (Sekdes), dua orang Kaur, tiga orang Kasi dan 3 orang Kepala Dusun (Kadus).

Berdasarkan keadaan Desa Sendang yang didominasi oleh wilayah air masyarakat banyak masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan dengan usaha karamba jala apung. Di usaha karamba jala apung atau KJA ini dengan budidaya ikan nila merah yang merupakan salah satu komoditi yang banyak dibutuhkan oleh pedagang sekitar wisata itu sendiri ataupun penjualan sudah merambah ke lain daerah sepert Jogja, Klaten, dll

Baca Juga :  Kebakaran di Gunung Wijil Kaliancar Selogiri Wonogiri, Terjadi saat Korban Bagikan Bingkisan Jumat Berkah usai Salat Subuh

Dengan kondisi Sendang yang perbukitan maka BUMDes Sendang Pinilih mengelola Destinasi Wisata Alam yang diantaranya Watu Cenik, Gunung Joglo, rumah piring,dan Menara Pandang ini merupakan destinasi yang menawarkan keindahan alam yang didukung oleh wisata dirgantara atau tandem paralayang yang mana dapat melihat keindahan Waduk Gajah Mungkur dari ketinggaian. Selain mengelola destinasi wisata BUMDes Sendang Pinilih juga melayani Jasa, baik jasa pembayaran PDAM, listrik, BRIlink pulsa HP, pulsa Listrik, dan lainnya.

Lintasan Downhill Watu Cenik

Lintasan Downhill Watu Cenik terletak di Dusun Prmapelan. Lintasan sepanjang 1,8 Km tersebut sangat menarik dan menantang karena berada pada perbukitan yang dipenuhi bebatuan. Namun juga menyuguhkan view pemandangan yang cukup menawan . melewati Gunung Krasak. Disebelah selatan dan timurnya terhampar Waduk Gajah Mungkur.

Lintasan ini mempunyai elevasi vertical setinggi 205 meter yang melewati bebatuan besar di tebing-tebing bukit yang mana lintasan ini telah memenuhi standar menurut pengamatan dari Union Cycliste Internationale (UCI)

Landasan Take Off Watu Lumbung dan Tandem Paralayang

Landasan baru untuk take off olahraga dirgantara paralayang seluas 3000 meter ini terletak di Dusun Godean dan berbatasan dengan Dusun Prampelan. Bagi para atilt pemula, juga kelas ketepatan mendarat maka landasan ini sangat cocok karena tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan landasan yang berada di Puncak Joglo.

Untuk kebudayaan kethek ogleng hingga saat ini masih dilestarikan oleh salah satu warga Dusun Godean Desa Sendang yang bernama Sukijo. Selain itu juga terdapat sanggar seni karawitan yang berada di dusun Jajar bernama “Rawit Mulyo”. Aris Arianto