BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali menambah bantuan air bersih kepada warga. Hal ini dilakukan seiring bertambahnya permintaan bantuan akibat dampak kemarau panjang.
“Kami akan berusaha memenuhi permintaan yang diajukan masyarakat,” ujar Kepala BPBD Boyolali, Suratno.
Ditemui wartawan usai apel siaga bencana di Lapangan Desa Ringinlarik, Kecamatan Musuk, Rabu (23/8/2023), dia menyebutkan, daerah rawan kekurangan air bersih di Boyolali mencakup enam wilayah kecamatan. Yaitu, Kecamatan Tamansari, Musuk, Wonosamodro, Wonosegoro, Juwangi dan Kemusu.
“Saat ini lima kecamatan sudah mengajukan bantuan air bersih minus Musuk,” katanya.
Adapun bantuan air bersih diberikan setiap hari secara bergiliran. “Sebanyak 5- 6 tangki air bersih/ hari kami droping untuk memenuhi permintaan warga. Begitu ada permintaan, akan kami penuhi,” katanya.
Diakui, meskipun Kecamatan Musuk masuk daerah rawan air bersih, namun hingga kini belum mengajukan permintaan bantuan. Hal ini lantaran kebutuhan masyarakat masih bisa dipenuhi dari embung maupun sumur dalam serta sumber air yang ada di sana.
Apakah anggaran penanganan bencana kekeringan yang diplot sebesar Rp 105 juta bakal cukup, Suratno mengaku akan dicek lebih lanjut sesuai kondisi yang ada. Mengingat bantuan air bersih juga diberikan pihak lain.
“Ada program dari PMI, CSR perusahaan maupun pihak terkait lainnya. Untuk itu, kami akan koordinasikan lebih lanjut agar bantuan bisa lebih merata. Jangan sampai hanya menumpuk di satu tempat.”
Senada, Bupati Boyolali, M Said Hidayat mengungkapkan bahwa penanganan bencana di Boyolali dilakukan secara gotong royong. Selain Pemkab, juga turut terlibat jajaran lainnya seperti Polri dan TNI, perusahaan maupun relawan.
“Tentunya kami berharap tidak terjadi bencana di wilayah Kabupaten Boyolali. Namun demikian, kami harus siap sewaktu- waktu terjadi bencana tersebut.”
Dicontohkan, seperti untuk penanggulangan bencana kekurangan air bersih, Pemkab Boyolali tidak sendirian. “Ada pihak- pihak lain yang turut terlibat memberikan bantuan. Baik itu lembaga, perseorangan maupun CSR perusahaan, sehingga perlu dikoordinasikan agar bantuan tepat sasaran,” pungkasnya. Waskita