BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kemarau panjang membuat air Waduk Cengklik di Kecamatan Ngemplak, Boyolali surut. Lahan di kawasan pinggiran waduk pun tak lagi tergenang air.
Warga sekitar wadukpun memanfaatkan lahan tersebut untuk bertani, baik padi maupun palawija. Yati (56) salah satu warga Desa Ngargorejo, Kecamatan Ngemplak, misalnya. Dia menanami lahan pinggiran waduk dengan tanaman padi.
“Luamayan, saya memiliki 8 petak lahan untuk bertanam padi,” ujarnya, Selasa (19/9/2023).
Hanya saja, penanaman padi di delapan petak lahan tersebut tak dilakukan secara serempak. Pasalnya, penanaman disesuaikan dengan surutnya air. Surutnya air dimulai dari kawasan paling pinggir.
“Jadi, begitu air surut, lahan langsung saya tanami benih padi. Lahan tak perlu diolah dengan dibajak karena lumpurnya masih tebal,” katanya.
Petani lain, Mbah Senen (69), menambahkan meski air waduk surut namun petani tak kekurangan air. Dia pun menggunakan pompa air yang dialirkan menggunakan selang. Itupun pengairannya tidak perlu dilakukan setiap hari.
“Kalau musim kemarau panjang seperti ini, bisa 2 kali tanam. Lumayan hasilnya, apalagi saat ini harga beras melambung,” lanjutnya.
Petani lain, Tarno (61), warga Dukuh Jayan, Desa Senting, Kecamatan Sambi, kemarau ini debit air waduk Cengklik berkurang hingga sepertiga. Dampaknya, lahan yang muncul pun semakin luas. Warga langsung bisa membersihkan untuk ditanami padi.
“Tak perlu diolah, lahan dibersihkan dan langsung bisa ditanami. Tanahnya juga sangat subur sehingga nanti tak perlu banyak pupuk,” tegasnya
Diakui, bertani di lahan pasang surut sudah biasa dilakukan warga yang tinggal di seputar Waduk Cengklik. Baik yang tinggal di wilayah Kecamatan Ngemplak maupun Kecamatan Sambi. Warga juga tak berebut lahan karena sudah memiliki batas sendiri.
“Saya bertanam padi, semoga hasilnya bagus nanti. Apalagi harga beras masih mahal saat ini,” tandasnya. Waskita