Beranda Daerah Wonogiri Kisah Islami Menyentuh, Bocah Ajaib Kalahkan Tukang Sihir dan Tentara Kerajaan

Kisah Islami Menyentuh, Bocah Ajaib Kalahkan Tukang Sihir dan Tentara Kerajaan

Ilustrasi berdoa. Pixabay

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Berikut ini ada kisah Islami dilansir dari kemenag.go.id dari tulisan M.Ishom el-Saha Dosen UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten.

Kali ini kisah Islami bertutur mengenai anak ajaib yang mengalahkan tukang sihir dan tentara kerajaan.

Menceritakan kisah Islami diharapkan mampu menumbuhkan kecintaan anak terhadap agama, bisa berperilaku soleh solehah.

Untuk diketahui Rasulullah SAW merupakan figur penyayang anak beliau ketika bertemu anak kecil langsung dibopong dan dicium keningnya sebab menurut beliau aroma anak kecil adalah aroma surga.

Beliau juga senang berdongeng di hadapan anak-anak. Salah satu dongeng beliau adalah cerita tentang bocah ajaib yang pernah disampaikan dan selalu dikenang oleh sahabat-sahabat junior Nabi, seperti Suhaib.

Suhaib menuturkan –dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim– bahwa Rasulullah pernah berdongeng tentang seorang bocah ajaib di masa lampau. Anak ini semula ingin dikader menjadi ahli sihir raja sebab ahli sihir yang ada sudah tua renta.

“Tunjuklah seorang anak, wahai tuanku! Dia akan saya ajari ilmu sihir supaya kelak bisa mewarisi seluruh ilmuku,” pinta tukang sihir kepada raja. Raja pun menunjuk seorang anak luar biasa berdasarkan hasil seleksi ketat.

Namun, setiap anak itu hendak diajari sang tukang sihir, ia malah asyik duduk bercengkrama dengan seorang rahib (ahli agama). Tukang sihir itupun jengkel hingga memukuli anak didiknya itu sebab sering telat dan datang terlambat.

Mendapati perlakuan kasar dari tukang sihir, anak itu merajuk kepada rahib. Anak itu lalu diberi saran agar pandai-pandai membuat alasan kepada tukang sihir. “Katakan saja kepadanya, kamu terlambat karena urusan keluarga atau kendala kendaraan yang kamu tumpangi,” demikian nasehat rahib.

Hanya saja anak itu tak mau terus-menerus berbohong kepada tukang sihir, dan mengikuti anjuran rahib. Hingga suatu saat ia dirasuki rasa bimbang: menuruti nasehat rahib apa mengikuti jejak tukang sihir?

Kebetulan saat itu ia melihat ada hewan besar yang menakut-nakuti penduduk hingga mereka terpojok dalam ancaman bahaya. Seketika itu juga melintas dalam pikiran anak itu: “Saya ingin coba, mana yang lebih hebat antara ilmu yang kudapat dari rahib dengan ilmu tukang sihir?”

Baca Juga :  Menakar Waktu dan Beban Kerja Pemungutan plus Penghitungan Suara Pilkada Wonogiri 2024

Dia ambil batu kerikil: “kalau ilmu dari rahib lebih hebat, batu yang saya lempar ini dapat mengusir hewan besar itu” gumamnya dalam hati. Sambil membaca “bismillah” batu itu dilempar ke arah hewan besar, dan nyata pengganggu penduduk itu mati seketika. Jadi lebih hebat ilmu rahib.

Penduduk yang baru saja melihat kejadian aneh itu seketika mendatangi bocah ajaib itu. Mereka berkeyakinan kalau hewan besar saja langsung mati hanya dengan sekali lempar batu kecil, maka bocah itu tentu anak ajaib. Orang buta, orang bisu, pengidap sakit kulit, semua datang minta diobati. Betul saja hanya dengan bacaan Basmalah semua sehat dan kembali normal.

Sontak kabar kehebatan bocah ajaib itu tersebar ke seantero negeri. Seorang pejabat istana yang buta pun mencari bocah ajaib dengan membawa hadiah yang sangat banyak asalkan butanya bisa disembuhkan. Lagi-lagi dengan sekali usap sambil membaca Basmalah, kebutaan yang diderita pejabat istana itu sembuh dan dapat melihat kembali.

Rahib, guru sang bocah ajaib, yang tahu kabar kehebatan muridnya pun berkomentar: “ilmu yang kamu dapatkan lebih tinggi daripada ilmuku sendiri. Cepat atau lambat, kamu pasti akan diuji lagi. Namun jangan katakan ilmu itu berasal dariku.”

Suatu ketika pejabat istana yang sudah dapat membuka matanya kembali menghadap raja. Sang raja bertanya: “siapa yang telah mengobati kamu?” Jawab pejabat istana itu: “Tuhannya si bocah ajaib. Ia belajar ketuhanan kepada rahib.”

Sang raja marah besar sebab selama ini dia mengaku sebagai tuhan. “Kamu, rahib, dan bocah itu berarti mentuhankan selain diriku! Datangkan rahib dan bocah itu kemari bersama kamu!”

Setelah ketiga-tiganya menghadap, raja memerintahkan mereka melepas keyakinan mereka, tapi permintaannya ditolak. Mereka diancam dengan dipecahkan kepalanya jika tetap beriman. Karena masing-masing menolak, akibatnya pejabat istana dan rahib, kepala mereka dikampak pecah hingga meninggal dunia.

Sementara khusus bocah ajaib, sang raja memerintahkan agar diasingkan di pucuk gunung. Tapi di tengah perjalanan pasukan yang membawanya justru tertimbun longsor. Bocah ajaib selamat dan dia datang menghadap raja.

Baca Juga :  Banjir di Perbukitan Perbatasan Wonogiri -Pacitan-Ponorogo, Berdampak di Dusun Bonggi Gambiranom dan Tinasat Gesing Kismantoro Wonogiri

Raja bertanya: “kemana prajuritku?” Dijawab oleh bocah ajaib itu: “mereka mati tertimbun longsoran bukit.” Raja bertambah geram lalu ia memerintahkan agar bocah itu diikat dan dilarung menggunakan sampan di tengah laut. Tapi, saat di laut prajurit yang hendak melarung justru tergulung ombak dan mati semua kecuali bocah ajaib sendiri.

Bocah ajaib yang selamat itu kembali mendatangi raja. Alangkah terkejutnya raja karena bocah ajaib itu tetap hidup sementara yang menghukum justru mati semua. “Siapa yang berhasil menyelamatkan kamu?” Tanya raja setengah gusar.

“Yang menyelamatkan aku adalah Tuhanku. Wahai raja! Utuslah satu peleton pasukan memanah untuk menghabisi nyawaku,” pinta bocah ajaib itu kepada raja.

Bocah ajaib itu diikat di tiang depan istana. Dihadapannya telah bersiap satu regu pasukan yang mengarahkan anak panah ke tubuh bocah ajaib yang tak berdaya. Tanpa ragu dan rasa takut, dia berkata: “Lepaskan anak panah kalian dengan membaca Basmalah! Sebab ajalku segera datang.”

Dengan membaca Basmalah seluruh prajurit melepaskan anak panah, dan bocah ajaib itupun meninggal dengan tenang. Namun sebaiknya, raja bertambah gusar karena satu regu pasukan pemanah telah masuk Islam.

Demikian dongeng yang disampaikan Rasulullah untuk memotivasi anak-anak di masa hidup beliau hingga masa yang akan datang. Hal ini bukti bahwa Rasulullah sayang terhadap anak-anak penerus perjuangan. Aris Arianto