SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati bersama sang suami dr. Akbar Zulkifli Usman dan ketiga anaknya bernama Fadjri, Umar, Putri beserta keluarga besar Ndayu yakni kedua orang tuanya Untung Wiyono, Suparmi dan adik-adiknya yaitu Untung Wibowo Sukowati dan Wulan Purnama Sari di TPS 23 Desa Jurangjero, Kecamatan Karangmalang, Sragen.
Yang mana sebelumnya bupati Sragen Mbak Yuni terdaftar di TPS 022 Taman Asri, Kelurahan Kroyo, Kecamatan Karangmalang, Sragen.
Namun pihak keluarga besar bupati itu mengurus surat pindah pencoblosan untuk gabung bersama keluarga besar Ndayu ke TPS 23 Jurangjero.
Bupati Sragen beserta keluarga besar Ndayu terlihat tiba di lokasi TPS 23 Jurangjero sekitar pukul 10:53 Wib. Meski orang nomor satu di Sragen bupati Yuni dan keluarga ikut mengantri bersama warga masyarakat sekitar untuk menunggu antrian mencoblos.
Bupati Yuni dan keluarga selesai mencoblos sekitar pukul 11:32 WIB.
Ditemui JOGLOSEMARNEWS.COM disela-sela usai mencoblos bupati Yuni menyampaikan bahwa momen pemilu 2024 bisa bersama-sama dengan keluarga besar Ndayu.
“Seru bareng bareng bapak ibu dan adek adek semua di TPS sini, mengenai pilihan saya tegak lurus,” kata mbak Yuni, Rabu (14/2/2024).
Selain itu, mbak Yuni juga menyampaikan bahwa pemilihan tahun ini memberikan masukan kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk surat suara bisa menampilkan foto calon.
“Bilik kecil, surat suara besar tetap harus di buka dan diperhatikan baik baik nyoblos harus hati hati takut sobek, pokoknya dinikmati tahapannya, kalau masukan melihat surat suara tadi cukup besar juga harusnya juga bisa donk masang foto calon, karena kasihan yang mbah mbah mereka lebih mudah melihat fotonya calon,” jelasnya.
Di TPS 23 Jurangjero sendiri terdapat 268 pemilih, akan tetapi antusias masyarakat di TPS 23 Jurangjero sangat antusias sekali.
Terpisah, Untung Wiyono mantan bupati Sragen sekaligus ayah kandung bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati juga ikut menambahkan bahwa momen pemilihan tahun ini cukup berbeda.
“Saya mulai mencoblos tahun 1971, saat itu ia sudah di PNI yang mana sekarang menjadi PDI Perjuangan, saya ngak suka golput makanya kita ajak mencoblos bareng bareng,” ujarnya.
Huri Yanto