
BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM — Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) di wilayah Kabupaten Boyolali tak sekedar digelar apel. Namun juga sekaligus aksi nyata bersih- bersih lingkungan.
Ya, usai apel yang digelar di Alun- alun Pengging, Kecamatan Banyudono, Jumat (23/2/2024), ratusan siswa, ASN, perangkat desa dan relawan rela melakukan kegiatan bersih- bersih kawasan wisata setempat.
Selain alun- alun, sasaran gerakan kebersihan adalah kawasan Alun- alun Pengging dan aliran Kali Pleret yang berada persis di samping Umbul Sungsang. Serta aliran sungai di sebelah timur Jembatan Pengging.
Para relawan tanpa sungkan membersihkan sampah yang ada. Sampah- sampah yang terkumpul lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk kemudian dipilah lagi. Sampah anorganik diserahkan ke pihak pengelola sampah untuk didaur ulang.
Sampah organik berupa kayu dan batang bambu ditampung oleh Pemerintah Desa Bendan dan Desa Dukuh.
“Sampah lainnya langsung diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) Winong, Boyolali Kota,” ujar Kepala DLH Boyolali, Suraji disela- sela kegiatan.
Dijelaskan, kegiatan tersebut sekaligus untuk membangun kesadaran masyarakat untuk bijak menangani sampah. Sampah bakal selalu ada di tengah masyarakat. Maka jika tidak dikelola dengan baik, maka sampah senantiasa memicu permasalahan.
Apalagi sampah plastik karena sulit terurai dan volumenya cenderung terus bertambah. Hal ini seiring dengan pertumbuhan pengguna plastik serta gaya hidup pemakaian plastik karena lebih mudah dan praktis.
Padahal, sampah plastik masih memiliki nilai ekonomis. Maka harus dikelola dengan benar. Sampah plastik bisa didaur ulang menjadi produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Seperti dibuat ember, paving block.
“Ternyata paving block dari bahan plastik terbukti awet,” katanya.
Untuk itu, pihaknya mengajak masyarakat untuk memilah sampah dimulai dari rumah tangga masing- masing. Sampah organik sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk pupuk. Bahkan, sekarang bisa pula dimanfaatkan untuk budidaya maggot.
“Pemasaran maggot terbuka luas untuk pakan ayam dan ikan. Kami juga membuat percontohan budidaya maggot di TPA Winong,” katanya.
Kemudian untuk sampah anorganik seperti besi dan plastik bisa dijual atau disetorkan melalui bank sampah di desa- desa setempat. Dengan demikian, jumlah sampah yang dibuang bisa diminimalisir.
“Disisi lain, masyarakat juga mendapatkan tambahan pendapatan dari penjualan sampah besi maupun botol plastik. Disisi lain, sampah tersebut juga tidak menumpuk di kebun atau halaman rumah,” katanya. Waskita
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.














