Beranda Daerah Boyolali Tak Seperti Panen Sebelumnya, Kini Petani harus Jual Padi dengan Harga Separohnya

Tak Seperti Panen Sebelumnya, Kini Petani harus Jual Padi dengan Harga Separohnya

Petani DesaJembungan, Kecamatan Banyudono bersama jajaran Dinas Pertanian (Dispertan) Boyolali menggelar gerakan penyemprotan bersama di areal persawahan desa setempat, Kamis (21/9/2023). Waskita

BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM — Nasib petani saat ini kurang beruntung. Setelah sempat merasakan tingginya harga padi hasil panen, kini harga padi mulai anjlok.

Anjloknya harga padi hasil panen dirasakan petani di sentra penghasil padi Kecamatan Banyudono. Sebelumnya, para petani merasakan nikmatnya harga panen yang tinggi. Setidaknya hingga pertengahan Februari lalu, harga tebasan padi di sawah mencapai Rp 8 juta- Rp 10 juta/ pathok.

Setiap pathok memiliki luasan rata- rata berkisar 2.600 meter persegi. “Namun saat ini harga tebasan padi di sawah tinggal separonya saja atau Rp 4 juta,” ujar Mujiman (58), seorang petani Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono.

Ditemui wartawan pada Senin (11/3/2024), dia mengaku tak bisa berbuat banyak. Dia pun hanya bisa dengan harga tersebut. Namun demikian, rasa- was- was belum juga hilang. Pasalnya, padi belum juga dipanen.

Jika dibiarkan, maka bulir padi akan terlalu tua dan banyak yang rontok di sawah. Apalagi curah hujan awal Maret ini masih deras.

Baca Juga :  Tersambar Petir di Tengah Waduk Cengklik, Warga Colomadu Karanganyar Tewas

“Untung, saya sudah dapat panjar Rp 500 ribu dari penebas,” katanya.

Keluhan serupa diungkapkan petani lainya, Ismadi (59). Dia sudah menawarkan panen dua pathok sawah garapannya kepada penebas. Sayangnya, harga tebasan jauh dari harapan. Untuk dua pathok sawah, penebas hanya berani menawar Rp 8 juta saja.

“Padahal, panen yang dulu di akhir bulan November bisa laku Rp 8 juta/ pathok. La kok sekarang tinggal separonya saja,” katanya.

Dia menduga anjloknya harga padi hasil panen karena ada beberapa faktor. Antara lain, tingginya curah hujan sehingga penebas kesulitan mengeringkan padi yang dibeli dari petani. Proses pengeringan membutuhkan waktu lebih lama sehingga biaya pun membengkak.

Selain itu, wilayah tadah hujan sudah mulai panen sehingga pasokan padi meningkat. Belum lagi, beras impor sudah mulai masuk pasaran. Kondisi tersebut turut menekan harga padi dari petani.

Baca Juga :  Makan Soto Bersama Agus-Fajar, Jokowi: Boyolali Harus Menang, Boyolali Kembali Tersenyum

“Ya, nasib petani sekarang ini memang berat. Padahal harga beras di pasaran masih tinggi,” katanya. Waskita