WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Bulan Muharram dalam Islam atau Suro menurut penyebutan masyarakat Jawa sebentar lagi datang. Lantas amalan sunah apa saja yang bisa dikerjakan umat Muslim selama Muharram atau Suro itu?.
Melansir suaraaisyiyah.id pada Kamis (4/7/2024), ada 12 bulan dalam satu tahun hitungan kalender Islam/Hijriyah, yakni: Muharram, Safar, Rabiul Awal, Rabiul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal, Zulka’dah, dan Zulhijjah.
Nah, dari 12 bulan itu, empat di antaranya adalah bulan suci (arba’atun hurum), yakni Zulka’dah, Zulhijjah, Muharram, dan Rajab.
Khusus bulan Muharram atau Suro dalam istilah Jawa, Muharram berarti haram. Artinya suci atau terlarang. Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, Muharram ditetapkan sebagai bulan pertama dalam sistem kalender Islam/Hijriyah. Penetapan itu untuk menandai peristiwa hijrah Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah sebagai momen pembeda antara kebenaran dan kebatilan.
Umar bin Khattab ra. berkata,
الهجرة فرقت بين الحق والباطل فأرِّخوا بها، وذلك سنة سبع عشرة
Artinya, “hijrah adalah momen yang membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Maka itu kita tetapkan sebagai awal kalender Islam” (HR. Ahmad).
Keutamaan Muharram juga disebut oleh Nabi Muhammad SAW. Beliau menjelaskan bahwa Muharram adalah bulan Allah (syahrullah). Disandarkannya Muharram pada lafadz Allah menunjukkan keagungan dan keistimewaannya.
Selain dimuliakan oleh umat Islam, Muharram juga dimuliakan oleh orang Yahudi dan Nasrani, terutama pada hari Asyura. Salah seorang sahabat berkata, “wahai Rasulullah, hari ‘Asyura adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani (تعظّمه اليهود والنصارى)”. Nabi SAW, lalu bersabda,
فأنا أحقّ بموسى منكم. فصامه وأمر بصيامه
Artinya, “kami (kaum muslimin) lebih berhak menghormati Musa daripada kalian”. Kemudian Nabi Muhammad berpuasa dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa. (HR. Bukhari).
Berikut adalah beberapa amalan sunah untuk dikerjakan pada bulan Muharram:
1. Memperbanyak puasa. Nabi Muhammad bersabda,
أفضل الصيام بعد رمضان شهر الله المحرم
Artinya, “puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, yakni bulan Muharram” (HR. Muslim).
2. Puasa hari Asyura dan tasu’a (9 dan 10 Muharram). Sebelum diwajibkannya puasa Ramadhan, Rasulullah terlebih dahulu memerintahkan umat Islam untuk berpuasa pada hari kesembilan dan kesepuluh Muharram. Setelah puasa Ramadhan diwajibkan, Nabi SAW mempersilakan umat Islam untuk berpuasa atau tidak.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا كَانَ عَاشُورَاءُ يُصَامُ قَبْلَ رَمَضَانَ فَلَمَّا نَزَلَ رَمَضَانُ قَالَ مَنْ شَاءَ صَامَ وَمَنْ شَاءَ أَفْطَرَ
Artinya, “dari ‘Aisyah ra: dahulu hari Asyura adalah hari-hari yang dipergunakan orang-orang jahiliyah untuk melakukan puasa. Tatkala datang bulan Ramadhan, beliau saw. bersabda: barangsiapa yang ingin berpuasa ‘Asyura hendaklah ia berpuasa, dan bagi yang tidak ingin, maka berbukalah” (HR. Bukhari).
Adapun puasa tasu’a merupakan sunnah hammiyah, suatu amalan sunnah yang belum sempat dilakukan oleh Nabi saw. semasa hidup. Dikisahkan para sahabat waktu itu menyampaikan kepada Nabi bahwa hari Asyura merupakan hari yang dimuliakan oleh umat Yahudi dan Nasrani. Mengetahui itu, Rasulullah saw. lalu berencana untuk berpuasa pada hari kesembilan bulan Muharram pada tahun depan. Akan tetapi, Rasulullah terlebih dahulu wafat.
3. Memperbanyak amal saleh. Pada dasarnya, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amal saleh kapan pun. Meski begitu, ada beberapa bulan yang dikhususkan karena kemuliaannya, salah satunya adalah Muharram.
Dalam kitab Tafsir At-Thabari, disebutkan bahwa Ibn Abbas mengatakan (yang artinya), “Allah mengkhususkan empat bulan tersebut sebagai bulan haram, dianggap sebagai bulan suci, melakukan maksiat pada bulan tersebut dosanya akan lebih besar, dan amalan saleh yang dilakukan akan menuai pahala yang lebih banyak”. Aris Arianto