Beranda Daerah Solo Masta UMS 2024, Prof. Hilman Latief Berikan Proyeksi Mahasiswa Menyongsong Indonesia Emas...

Masta UMS 2024, Prof. Hilman Latief Berikan Proyeksi Mahasiswa Menyongsong Indonesia Emas 2045

Bendahara Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof. Hilman Latief, M.A., Ph.D., menyampaikan orasi di depan ribuan mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) di Gedung Edutorium KH. Ahmad Dahlan UMS. Humas UMS

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM — Bendahara Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof. Hilman Latief, M.A., Ph.D., menyampaikan orasi di depan ribuan mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) di Gedung Edutorium KH. Ahmad Dahlan UMS.

Hal tersebut disampaikan pada acara Masa Ta’aruf (Masta) Penyambutan Mahasiswa Baru (PMB) Tahun 2024 Senin, (19/8/2024).

Hilman Latief mengungkapkan rasa syukur karena belum lama ini masyarakat Indonesia merayakan satu momen yang luar biasa yaitu kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ke-79.

“Hari ini pula kita juga menyaksikan kaum muda mudi terbaik dari berbagai pelosok negeri, tanah air Indonesia di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Saya adalah dosen dan guru besar di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang selalu melihat UMS sebagai mitra sekaligus sparing partner,” paparnya.

Jadi, kalau nanti mahasiswa baru masuk UMS akan dilihat prestasi yang telah diraih. Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA) harus memiliki tradisi kompetitif dalam akademik dengan saling melihat prestasi satu sama lain.

“Di sini saya akan membahas isu yang juga diangkat pada Muktamar Muhammadiyah yang digelar di gedung ini, gedung Edutorium KH Ahmad Dahlan UMS yang salah satu poinnya adalah Risalah Islam Berkemajuan,” ujar Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu.

Pada kesempatan kali ini, lanjutnya, mengaitkan antara risalah Islam Berkemajuan dengan proyeksi bangsa Indonesia yang menghadapi Indonesia Emas di tahun 2045.

“Di mana orang-orang yang berperan penting di tahun tersebut adalah anda yang duduk di sini pada hari ini. Kemajuan yang perlu digaris bawahi adalah 4 isu besar. Pertama menempatkan Islam dan gerakan Muhammadiyah menjadi gerakan dakwah,” terangnya.

Baca Juga :  Dukungan Makin Deras Mengalir, Kali Ini Tokoh Katolik se-Serengan Deklarasi Dukung Respati-Astrid

UMS tidak lepas dari gerakan dakwah Muhammadiyah, dengan mengenalkan sisi-sisi universal Islam kepada mahasiswanya sebagai stakeholders yang tergabung di dalamnya.

“Alhamdulillah salah satu kampus terbesar dan memiliki minat mahasiswa asing yang luar biasa di tanah air. Sekali lagi saya ucapkan selamat kepada Pak Rektor Sofyan Anif, atas capaian ini,” tambahnya.

Insyaa Allah, lanjutnya, misi dakwah Muhammadiyah itu adalah amar ma’ruf nahi munkar dalam konteks yang sangat luas. Mulai dari konteks sosial, budaya, ekonomi maupun politik. Misi dakwah yang dibawa adalah misi kebenaran dengan mendialogkan prinsip-prinsip kehidupan di tengah masyarakat yang begitu kompleksnya dan itu bukan perkara yang mudah.

“Kedua dalam Risalah Islam Berkemajuan menegaskan bahwa Islam atau Muhammadiyah itu sebagai gerakan untuk mencari solusi baru dalam menghadapi berbagai persoalan yang ada di masyarakat,” ujarnya.

Menurutnya, apabila generasi saat ini tidak bisa dibentengi dengan sistem yang kuat, maka bagaimana wujud Indonesia emas 2045 nanti. Inovasi sosial ini harus menjadi bagian dari cara pandang mahasiswa saat ini terlebih dalam keterlibatan mahasiswa untuk mewujudkan itu.

“Ber-Islam membutuhkan energi yang besar dan upaya yang kuat. Kalau yang dimaksud Islam itu adalah Islam yang berkemajuan, berarti Islam yang berkontribusi kepada umat dan bangsa. Ini perlu kerja keras kita bersama,” tegasnya.

Guru besar UMY itu berharap kepada mahasiswa baru UMS, semoga setelah lulus dapat menjadi inovator yang dibutuhkan oleh bangsa di masa mendatang.

Baca Juga :  Tim Hukum Paslon 02 Pilkada Solo Lapor ke BPK Jateng Atas Dugaan Penyalahgunaan Gas Melon

“Tidak hanya memahami tetapi juga mampu mengimplementasi apa yang sudah didapatkan di bangku perkuliahan dalam bermasyarakat sebagai gerakan dakwah,” ujarnya.

Poin ketiga, Islam sebagai gerakan ilmu. Islam sebagai gerakan ilmu yang beragama itu perlu ilmu bukan hanya emosi, beragama membutuhkan penalaran perlu suplimasi pemikiran untuk menembus kemajuan beragam. Agama tidak hanya simbol, tetapi aktual.

“Dengan bergabungnya dengan Muhammadiyah, bukan hanya tergabung dalam sebuah identitas tetapi kesadaran bahwa anda tergabung dalam suatu organisasi dengan visi perubahan keilmuan yang kuat,” ungkapnya.

Kemudian poin terakhir, keempat adalah Islam sebagai gerakan amal. Jadi mencari ilmu itu untuk memperkuat wawasan, dan apa yang telah didapatkan bisa diterapkan pada lingkungan sekitar maupun masyarakat.

“Saya yakin, mahasiswa baru UMS ini dapat menjadi individu pembawa perubahan,” pungkasnya. Prihatsari