Manusia memerlukan aktivitas fisik untuk menjaga kesehatan dan kebugaran. Salah satu jenis aktivitas fisik yang dapat meningkatkan kebugaran adalah olahraga. olahraga adalah gerakan yang dilakukan oleh tubuh dengan tujuan untuk memperkuat dan menyehatkan setelah melakukan kegiatan seperti berenang, jogging, dan sepak bola. Sepak bola merupakan olahraga yang dimainkan secara tim, cara bermainnya adalah dengan menggunakan kaki, di mana setiap pemain harus dapat mengontrol bola, menjaga area gawang agar bola lawan tidak masuk, dan mencetak gol ke gawang lawan.
Seorang atlet sepak bola perlu memiliki kondisi kesehatan dan daya tahan fisik yang optimal, karena aktivitas berat yang dilakukan seperti rutinitas latihan dan pertemuan fisik antar pemain yang berlangsung setiap hari selalu mengandalkan stamina. Oleh karena itu, seringkali latihan dan kompetisi olahraga dapat menyebabkan cedera yang mungkin mengganggu sistem muskuloskeletal. Pada bagian lutut, terdapat sejumlah ligament yang berperan dalam mengatur dan menahan pergerakan lutut ke depan, ke belakang, serta ke samping. Ligamen-ligamen tersebut meliputi Anterior Cruciate Ligament (ACL), Posterior Cruciate Ligament (PCL), Medial Collateral Ligament (MCL), dan Lateral Collateral Ligament (LCL).
Cedera yang paling umum dialami dalam Sports Injury adalah cedera ACL, terutama di cabang olahraga sepak bola. Setiap cedera yang terjadi pada ACL berpotensi menimbulkan gangguan kestabilan pada sendi lutut. Atlet akan mengalami lutut yang sering terasa “goyang”, disertai rasa sakit dan pembengkakan sehingga membuat performa olahraga mereka menurun. Ketidakstabilan pada sendi lutut juga dapat menyebabkan cedera lebih lanjut yang berakibat pada kerusakan bantalan sendi atau meniskus dan tulang rawan sendi.
Faktor lain yang mempengaruhi cedera atlet selain posisi pinggul, lutut, dan pergelangan kaki adalah jenis rumput yang digunakan. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat cedera pada lutut atlet yang bermain di lapangan rumput sintetis mencapai 25,00%, sementara yang bermain di rumput alami hanya 15,63%. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa permukaan rumput sintetis cenderung lebih licin dibandingkan dengan rumput alami. Insiden cedera sering terjadi akibat tergelincir dan meluncur, dan permukaan yang licin meningkatkan risiko atlet tergelincir saat berlatih atau bertanding.
Anterior Cruciate Ligament (ACL) adalah bagian dari empat ligamen inti yang menjaga stabilitas sendi lutut. Cedera Anterior Cruciate Ligament (ACL) adalah salah satu cedera ligamen yang sering terjadi, terutama pada atlet atau individu yang terlibat dalam aktivitas fisik yang melibatkan perubahan arah mendadak, lompatan, atau akselerasi tinggi. Cedera ACL pada atlet sepak bola dapat terjadi saat seorang atlet menguasai bola, dengan lutut berada dalam posisi setengah bengkok dan berputar ke arah dalam sebelum terjatuh dengan lutut yang tertekuk. Selain itu, saat lutut terkena pukulan dari luar yang memaksa lutut berputar ke arah dalam, hal ini juga dapat menyebabkan cedera ACL.
Ketika atlet sepak bola mengalami robekan ACL, maka akan merasakan hilangnya kestabilan pada fungsi lutut mereka. Pada individu dengan cedera ACL, lutut akan mengalami pembengkakan, rasa sakit, dan kesulitan dalam bergerak. Cedera ACL yang paling sering terjadi umumnya disebabkan oleh faktor non kontak dalam lebih dari 70% kasus. Persentase spesifik untuk jenis cedera tersebut adalah 35% akibat deselerasi, 31% akibat pendaratan, 13% akibat ekselerasi, dan 4% akibat terjatuh secara belakang, yang semuanya merupakan mekanisme cedera non kontak.
Untuk mengembalikan ligamen yang mengalami cedera dapat dilakukan dengan metode operatif maupun non-operatif, dilihat dari tingkat keparahan cedera tersebut. Untuk ligamen yang mengalami tearsdengan gradeyang rendah dapat melakukan rehabilitai terprogram sedangkan ligamen yang mengalami ruptur dapat dilakukan tindakan operatif dengan mengganti menggunakan jaringan lain atau disebut sebagai graft. Setelah melakukan tindakan operatif, pada kasus ruptur ACL dilakukan rehabilitasi. Terdapat 5 fase rehabilitasi post rekonstruksi ACL yaitu fase pre-op : persiapan operasi, fase pertama adalah perbaikan setelah operasi, selanjutnya mengembalikan kekuatan ekstremitas dan kontrol neuromuskular, setelah itu berlari, kelincahan danlanding, lalu return to sport, dan yang terakhir adalah preventionre-injury.
Dalam situasi ACL, dibutuhkan tenaga kesehatan untuk menangani cedera sejak awal hingga atlet dapat kembali bertanding. Salah satu profesi medis yang terlibat dalam proses ini adalah Fisioterapi. Fisioterapi adalah jenis layanan kesehatan yang ditujukan untuk individu atau kelompok dengan tujuan untuk meningkatkan, melindungi, dan mengembalikan kemampuan gerak serta fungsi tubuh. Metode yang diterapkan dalam fisioterapi mencakup terapi manual, elektroterapi, terapi mekanis, latihan, dan komunikasi. Seorang yang menjalankan profesi ini dikenal sebagai fisioterapis.
Pada situasi cedera ACL, fisioterapi dapat melakukan perawatan dengan memanfaatkan teknik seperti cryotherapy atau terapi es untuk meredakan rasa sakit, Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS), ultrasound, latihan untuk mengurangi bengkak, dan patellar mobilization untuk meningkatkan jangkauan gerak lutut. Upaya-upaya tersebut bertujuan untuk mengurangi pembengkakan, mengurangi rasa sakit, meningkatkan rentang gerak sendi, serta meningkatkan kekuatan otot di sendi lutut setelah rekonstruksi ACL. [*]
Fatilla Fathihatun Nie’ammy
Mahasiswa Program Studi Fisioterapi, Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang