BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) di Boyolali kian memprihatinkan. Sejak awal Desember 2024 hingga saat ini, tercatat sudah 17 ekor sapi mati akibat penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali, Lusia Dyah Suciati, pada Jumat (3/1/2025), menjelaskan bahwa dari 200 ekor sapi yang diperiksa melalui surveilans, 102 di antaranya menunjukkan gejala PMK. Pemeriksaan ini dilakukan berdasarkan laporan pemilik ternak melalui hotline Disnakkan dan Klinik Kesehatan Hewan.
“Petugas kami langsung mendatangi lokasi ternak yang dilaporkan dan memberikan pengobatan kepada sapi-sapi yang sakit,” ungkap Lusia.
Kematian sapi akibat PMK tersebar di sejumlah kecamatan. Di Kecamatan Andong, tepatnya di Desa Munggur dan Beji, tercatat tiga ekor sapi mati. Sementara itu, di Kecamatan Sambi, dua ekor sapi di Desa Glintang mati pada 23 Desember 2024.
Kasus serupa terjadi di Kecamatan Cepogo, di mana seekor sapi di Desa Mliwis mati pada 30 Desember 2024. Pada hari yang sama, dua ekor sapi di Kecamatan Karanggede juga dilaporkan mati.
Puncak kematian terjadi pada Kamis (2/1/2025), dengan delapan ekor sapi di Desa Karangmojo, Kecamatan Klego, dilaporkan mati akibat PMK. Keesokan harinya, satu ekor sapi di Desa Ngembat, Kecamatan Klego, juga meninggal karena penyakit ini.
“Kami terus mengerahkan petugas untuk menangani dan mengobati sapi-sapi yang sakit agar dapat mengurangi angka kematian,” tegas Lusia.
Upaya pengendalian dan penanganan PMK terus dilakukan oleh Disnakkan Boyolali guna meminimalkan dampak lebih lanjut pada peternakan di wilayah tersebut. Waskita
