WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Gunung Pegat yang terletak di Kecamatan Nguntoronadi Wonogiri, terus menjadi perbincangan karena mitos dan fakta yang menyelimutinya. Dari larangan bagi pengantin dan pencuri hingga menjadi lokasi seringnya penemuan mayat akibat bunuh diri, tempat ini menyimpan banyak cerita turun-temurun yang masih dipercayai hingga kini.
Pantangan bagi Pengantin dan Pencuri
Endang, seorang warga Baturetno, mengaku sengaja menghindari jalur Gunung Pegat saat menikahkan anaknya. Pasalnya, ada mitos yang menyebut pengantin atau calon pengantin yang melewati Gunung Pegat akan mengalami “pegat” atau perceraian.
“Daripada melanggar kepercayaan orang tua, lebih baik saya cari jalan lain. Soal rumah tangga, yang penting usaha dan doa,” ujar Endang, beberapa waktu lalu.
Tokoh masyarakat Wonogiri, Riyanto, membenarkan bahwa mitos ini telah ada sejak lama. Beberapa keluarga tetap menghindari jalur tersebut, meskipun tidak semuanya percaya secara harfiah, tetapi lebih kepada bentuk penghormatan terhadap tradisi leluhur.
Selain pengantin, mitos juga menyebut bahwa pencuri yang mengambil kayu di sekitar Gunung Pegat tanpa izin akan kehilangan nyawanya. Menurut Riyanto, mitos ini mungkin ada kaitannya dengan kondisi geografis gunung yang terjal dan penuh jurang, sehingga pencuri yang terburu-buru bisa saja tergelincir dan jatuh.
Gunung Pegat dan Kasus Bunuh Diri
Tak hanya mitos, Gunung Pegat juga menyimpan fakta kelam sebagai lokasi seringnya terjadi bunuh diri. Beberapa kali ditemukan mayat korban yang mengakhiri hidupnya di tempat ini.
Menurut warga, suasana di Gunung Pegat yang sepi dan berhutan lebat mungkin menjadi alasan bagi mereka yang ingin mengakhiri hidup tanpa diketahui banyak orang.
“Saya beberapa kali mendengar kabar penemuan mayat di sekitar Gunung Pegat. Biasanya orang-orang yang putus asa,” kata seorang warga yang enggan disebutkan namanya.
Zona Rawan Bencana Alam
Selain mitos dan kisah kelam, Gunung Pegat juga dikenal sebagai daerah rawan bencana. Kepala BPBD Wonogiri, Fuad Wahyu Pratama, menyebutkan bahwa daerah ini kerap mengalami tanah longsor dan pohon tumbang, terutama saat musim hujan.
Pada 2015, seorang pengendara motor tewas setelah tertimpa pohon sonokeling yang tumbang di jalur Gunung Pegat. Pada tahun yang sama, tanah longsor besar terjadi, membuat arus lalu lintas lumpuh total selama beberapa saat.
“Kami juga telah memasang papan peringatan di beberapa titik untuk mengingatkan pengguna jalan agar lebih waspada,” ujar Kepala BPBD Wonogiri Fuad Wahyu Pratama.
Kini, meskipun jalur Gunung Pegat sudah ramai dilalui kendaraan, suasana mistis dan ancaman bencana masih menjadi perhatian. Terlepas dari mitos yang berkembang, Gunung Pegat tetap menjadi salah satu titik yang perlu diwaspadai, baik dari segi keselamatan maupun kepercayaan masyarakat setempat. Aris Arianto