KULONPROGO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Rencana pemerintah untuk membuat kebijakan libur sekolah selama sebulan penuh saat Ramadan 2025, tampaknya masih menjadi tarik ulur di tengah masyarakat.
Padahal sejatinya, kebijakan tersebut kini tinggal menunggu Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri, yaitu Menteri Agama, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, serta Menteri Dalam Negeri.
Salah satu keberatan dilontarkan oleh para wali pelajar di Kulonprogo. Mereka khawatir dampaknya pada kemampuan akademik anak hingga nihilnya kegiatan selama menjalani puasa.
Tinuk, ibu dua anak asal Kapanewon Temon, mengungkapkan ketidaksetujuannya terhadap kebijakan ini. Ia berpendapat bahwa libur selama sebulan akan membuat anak-anak bosan karena tidak ada kegiatan yang mengisi waktu mereka.
“Selama sebulan kan jadinya tidak ada kegiatan, otomatis anak-anak malah bosan,” katanya saat dihubungi pada Jumat (17/01/2024).
Tinuk, yang memiliki dua anak di jenjang Sekolah Dasar (SD), juga mengkhawatirkan efektivitas pembelajaran. Sebagai ibu yang bekerja, ia merasa sulit untuk terus mendampingi anak-anaknya belajar di rumah selama libur.
Menurutnya, lebih baik jika libur sekolah hanya berlangsung dua minggu, yaitu seminggu menjelang Hari Raya Idulfitri dan seminggu setelahnya.
“Sebaiknya kebijakan itu direvisi, atau tidak dilaksanakan sama sekali,” tambahnya.
Keberatan serupa disampaikan oleh Evi, wali pelajar asal Kapanewon Pengasih. Sebagai non-muslim, ia merasa kebijakan tersebut akan membuat anak-anak kebingungan untuk mengisi waktu libur yang terlalu panjang.
“Lagi pula, yang namanya puasa kan bukan berarti tidak melakukan apa-apa. Tetap produktif dengan pembelajaran di sekolah, meskipun jam pelajarannya bisa dikurangi selama Ramadan,” jelas Evi, yang anaknya kini duduk di kelas 2 SMP.
Sementara itu, Amin, ibu rumah tangga asal Kapanewon Wates, juga merasa khawatir jika anaknya yang masih kelas 2 SD akan kesulitan menjalani puasa selama libur sebulan penuh. Ia berpendapat bahwa dengan tetap adanya aktivitas sekolah, anak-anak justru lebih mudah menjalani puasa.
“Dengan sekolah, mereka jadi sibuk dan tidak terlalu merasa berat menjalani puasa. Mereka tetap semangat sampai waktu berbuka,” tuturnya.
Amin menyarankan agar libur cukup diberikan dua hari di awal Ramadan. Menurutnya, waktu tersebut cukup bagi anak-anak untuk beradaptasi dengan ibadah puasa sebelum kembali ke aktivitas belajar seperti biasa.