Beranda Umum Nasional Gibran Gas Pol AI Masuk Sekolah, Mu’ti: AI Bisa Bikin Murid Makin...

Gibran Gas Pol AI Masuk Sekolah, Mu’ti: AI Bisa Bikin Murid Makin Culas!

Wapres Gibran dan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti | Istimewa

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kebijakan penerapan pembelajaran Artificial Intelligence (AI) untuk anak-anak sekolah seperti yang selalu didengungkan oleh Wapres Gibran, sekalipun sudah siap digulirkan, namun di kalangan pejabat, intelektual dan praktisi pendidikan, masih memunculkan pro kontra.

Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka memang dikenal gencar mempromosikan pemanfaatan AI sebagai bagian penting dari masa depan Indonesia, khususnya dalam dunia pendidikan. Sejak menjabat, ia menaruh perhatian besar terhadap pengembangan teknologi digital dan ingin mendorong kurikulum AI masuk ke sekolah, dari jenjang SD hingga SMA.

Langkah itu  telah melalui sejumlah pembahasan resmi bersama Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti. Dalam pertemuan yang berlangsung pada Mei 2025 lalu, disepakati bahwa pengajaran AI akan dimulai pada tahun ajaran baru 2025.

Meski demikian, wacana tersebut menimbulkan beragam respons. Menteri Abdul Mu’ti sendiri menaruh perhatian serius terhadap dampak negatif penggunaan AI, terutama pada perkembangan karakter dan nalar kritis siswa. Ia mengutip isi buku World Without Mind karya Franklin Foer, yang menyebutkan bahwa teknologi digital sering kali menjauhkan manusia dari kebijaksanaan dan membuat mereka lebih culas alih-alih  cerdas.

“Teknologi digital, termasuk AI, tidak selalu membuat manusia makin cerdas. Justru sering kali yang terjadi adalah kemunduran akal sehat,” ujar Mu’ti dalam pidatonya yang sempat viral di media sosial.

Baca Juga :  Nama Adik Luhut Muncul dalam Usulan Calon Dubes, DPR Akan Gelar Uji Kelayakan Tertutup

Selain itu, Mu’ti mengungkapkan dua kelemahan utama penggunaan AI dalam pendidikan. Pertama, informasi yang diperoleh siswa dari AI belum tentu akurat dan bisa menyesatkan jika tidak didampingi guru. Kedua, kemudahan akses digital berisiko membuat siswa kehilangan minat untuk membaca dan belajar secara aktif.

“AI tetap harus menjadi alat bantu, bukan alat utama. Guru tetap menjadi kunci dalam memandu proses belajar,” jelasnya kepada media saat ditemui di Gedung Kemendikdasmen, Senayan, Rabu (7/5/2025).

Meski ada catatan kritis, Mu’ti juga menyoroti contoh positif penerapan AI di sekolah. Beberapa guru telah memanfaatkannya secara bijak, seperti dalam pengajaran Bahasa Inggris atau mengaitkan pelajaran matematika dengan benda-benda di sekitar siswa.

Salah seorang guru dari Sekolah 10 Depok, sempat juga membagikan pengalamannya. Dalam acara kolaborasi Google, YouTube, dan Kemendikdasmen memperingati Hari Pendidikan Nasional, ia mengakui adanya kekhawatiran siswa jadi malas belajar karena AI. Namun menurutnya, peran guru sangat menentukan arah pemanfaatan teknologi.

“Kalau anak-anak cuma mengandalkan copy paste, itu berarti kita yang kurang mengarahkan. Yang penting bagaimana kita memberi pemahaman agar mereka memanfaatkan AI dengan cerdas,” ujarnya.

Baca Juga :  Ini 3 Skenario untuk Makzulkan Gibran Menurut Pakar

Namun demikian, Wapres Gibran menegaskan bahwa program kurikulum AI telah dirancang matang bersama kementerian terkait. Ia berharap, pelajaran tersebut tidak hanya membekali siswa dengan kecakapan teknologi, tetapi juga menumbuhkan kreativitas dan daya pikir kritis.

“Ini bukan sekadar tren. Kita ingin menyiapkan generasi masa depan yang paham teknologi tapi tetap punya nilai dan integritas,” tegasnya.

Rencana tersebut akan terus disosialisasikan secara bertahap dan diharapkan bisa menjadi tonggak penting pembaruan sistem pendidikan nasional. [*]

Berbagai sumber

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.