SUBANG- Tanjakan Emen, Subang kembali memakan korban setelah Sabtu,(10/2/2018), sebuah bus pariwisata terguling dan menyebabkan korban tewas hingga 27 orang. Jumlah ini bertambah 1 orang, dari jumlah korban semalam masih 26 orang.
Bus pariwisata bernopol F 7959 AA tersebut mengangkut rombongan penumpang wisatawan dari Koperasi Simpan Pinjam Permata, Ciputat, Tangerang Selatan (Tangsel). Kecelakaan tragis itu tepatnya terjadi di Kampung Cicenang, Desa/Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Sabtu sore sekitar pukul 17.00 WIb
Ironisnya, sejumlah kecelakan pernah terjadi di tanjakan Emen tersebut. Pada Selasa, (17/6/2014) lalu kecelakaan maut juga pernah menimpa bus rombongan siswa SMA Al Huda Cengkareng, Jakarta Barat, sekitar pukul 18.00 WIB.
Di balik kecelakaan yang terjadi, ternyata beredar di masyarakat setempat tentang cerita misteri atau mistik terkait Tanjakan Emen yang persisnya terbentang sebelum jalan menuju pintu objek wisata air panas Ciater tersebut.
Dadan Wahyudin, pengguna Kompasiana, pernah menuliskan asal usul ruas Jalan Raya Bandung-Subang tersebut lebih beken disebut “Tanjakan Emen.”
“Menurut cerita di kalangan warga, alkisah Emen dikenal sopir pemberani. Emen mengemudikan oplet jurusan Bandung-Subang. Ia tewas kecelakaan di daerah itu saat mengangkut ikan asin dari Ciroyom Bandung menuju Subang, tahun 1964,” tulis Dadan di Kompasiana.com, 1 Agustus 2010 silam.
Kala itu, tutur Dadan dalam tulisannya berjudul “Melewati Legenda Tanjakan Emen, Ciater Subang”, kendaraan yang disopiri Emen terbalik dan terbakar.
Nahas bagi Emen, dia terbakar hidup-hidup hingga tewas. Konon, saat itu, Emen dikenal sebagai satu-satunya sopir yang berani mengemudikan kendaraan pada malam hari.
“Setelah peristiwa itu, warga sekitar meyakini arwah Emen bergentayangan dan mengganggu para pengemudi yang berani melintas di daerah tersebut, terutama pada malam hari. Kejadian rem blong, bus tergelincir dan kendaraan terperosok kerap terjadi di jalur ini,” tuturnya.
Tak sedikit pula, sambungnya, terjadi peristiwa aneh seperti kendaraan tiba-tiba mogok, sopir atau penumpang kendaraan bermotor kesurupan saat melintasi Tanjakan Emen.
Versi lain tentang asal usul “Tanjakan Emen” menyebutkan, nama tersebut mulai melekat saat ada seseorang bernama Emen menjadi korban tabrak lari di daerah itu.
Kemudian, mayat Emen bukannya ditolong malah disembunyikan di rimbun pepohonan sekitar tanjakan tersebut. Tak diketahui kapan terjadi peristiwa tabrak lari tersebut. Namun, sejak saat itu, arwah Emen diyakini bergentayangan menuntut balas.
Meski memiliki dua versi, tapi menurut kepercayaan warga setempat, agar tak “diganggu”, para pengemudi biasanya menyalakan sebatang rokok dan melemparkannya ke pinggir jalan.
Itu sebagai simbol memberikan rokok kepada arwah Emen. Konon, dulunya, Emen amat gandrung merokok saat mengemudi.Tribunnews