JAKARTA-Sedikitnya empat gubernur di Kalimantan dan Sumatra menetapkan status darurat kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Menyusul s keringnya cuaca di beberapa daerah langganan karhutla.
Dalam rilisnya, Sutopo Purwo Nugroho
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB mengatakan, untuk mengantisipasi meluasnya karhutla maka empat provinsi sudah menetapkan status siaga darurat. Meliputi Sumatra Selatan, mulai 1/2/2018 hingga 30/10/2018, Riau 19/2/2018 hingga 31/5/2018, Kalimantan Barat 1/1/2018 hingga 31/12/2018, dan Kalimantan Tengah 20/2/2018 hingga 21/5/2018.
Dia menjelaskan, Gubernur menetapkan status siaga darurat karhutla berdasarkan sejumlah pertimbangan. Di antaranya telah ditetapkannya beberapa kabupaten/kota di wilayahnya yang menetapkan siaga darurat karhutla, adanya peningkatan jumlah titik panas (hotspot), serta masukan dari BPBD dan pengalaman pengananan karhutla sebelumnya.
“Dengan pemberlakuan siaga darurat maka ada kemudahan akses dalam penanganan karhutla, baik pengerahan personil, komando, logistik, anggaran dan dukungan dari pemerintah pusat. Jalur komando penanganan lebih mudah koordinasinya,” sebut dia.
Jumlah titik panas (hotspot) terus meningkat. Dalam seminggu terakhir hotspot di Kalimantan Barat banyak ditemukan. Bahkan Kota Pontianak terselimuti asap karhutla. Pantauan hotspot 24 jam terakhir dari satelit Aqua, Terra, SNNP pada catalog modis LAPAN pada 21/2/2018 pukul 07:23 WIB dengan kategori sedang (30-79 persen) dan tinggi (lebih dari 80 persen ) terdapat 90 hotspot di Indonesia. Untuk kategori sedang ada 78 hotspot. Meliputi Papua Barat 2, Kalimantan Barat 23, Kep. Riau 4, Kalimantan Tengah 12, Jawa Barat 14, Jawa Timur 2, Jawa Tengah 3, Papua 4, Maluku 2, Kep. Bangka Belitung 1, Riau 9, Maluku Utara 1 dan Sumatera Selatan 1. Sedangkan kategori tinggi yaitu benar-benar sedang terbakar ada 12 hotspot yang tersebar di Kalimantan Barat 5, Kep.Riau 2, Kalimantan Tengah 3, Kep.Bangka, Belitung 1, dan Riau 1.
Untuk mengatasi karhutla, dilakukan operasi darat, operasi udara, operasi penegakan hukum, operasi patroli dan sosialisasi, operasi pelayanan kesehatan dan berbagai upaya lain. Personil gabungan dari BPBD, TNI, Polri, Manggala Agni, Damkar, Satpol PP, masyarakat peduli api, dunia usaha dan relawan dikerahkan untuk mengatasi karhutla. BNPB masih menyiapkan dukungan pesawat untuk hujan buatan dan helikopter water bombing. Bantuan logistik dan peralatan yang sebelumnya telah didistribusikan ke berbagai BPBD saat ini digunakan untuk pemadaman.
Menurut dia, daerah-daerah yang berada di sekitar garis khatulistiwa saat ini memasuki musim kemarau periode pertama seperti Riau, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah yang memiliki pola hujan ekuatorial. Antara pertengahan Januari hingga Maret kemarau pertama, kemudian Maret-Mei masuk musim penghujan, dan selanjutnya Juni-September kemarau kedua yang lebih kering. Karhutla umumnya meningkat pada periode kedua musim kemarau ini.
“Ini sesuai pola hujan ekuatorial dicirikan oleh tipe curah hujan dengan bentuk bimodial (dua puncak hujan) yang biasanya terjadi sekitar bulan Maret dan Oktober atau pada saat terjadi ekinoks,” papar dia. Aris Arianto