Beranda Daerah Sragen Innalillahi.. Profesor Yang Meninggal Saat Dikukuhkan Jadi Guru Besar UNS Solo, Ternyata...

Innalillahi.. Profesor Yang Meninggal Saat Dikukuhkan Jadi Guru Besar UNS Solo, Ternyata Kelahiran Tanon, Sragen. Dikenal Cerdas dan Peduli Kearifan Lokal

tria
Profesor Dr Wiryanto sesaat sebelum meninggal usai dikukuhkan sebagai Guru Besar UNS,  Kamis (29/3/2018). Foto/Tria 

SRAGEN- Guru Besar (Gubes) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof Dr Wiryanto yang meninggal dunia setelah dikukuhkan, Kamis (29/03/2018) ternyata diketahui merupakan putra kelahiran Sragen.Gubes kelahiran Desa Suwatu Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen tersebut meninggal sekitar pukul 16.15 WIB usai dikukuhkan sebagai Gubes ke 191 UNS.

“Iya,  beliau memang kelahirannya di Suwatu,  Tanon,  Sragen. Tapi sejak menjadi dosen di UNS,  beliau menetap di Solo, ” ujar Kades Suwatu,  Achmad,  Jumat (30/3/218).

Profesor Wiryanto berpulang sangat tragis di saat menghadiri pelantikannya sebagai guru besar di UNS. Menurut Achmad,  profesor kelahiran 1 Agustus 1953 tersebut dimakamkan di Solo.

Sementara,  data di lapangan,  almarhum diduga meninggal akibat serangan jantung. Atas kejadian ini, Rektor UNS Surakarta, Prof Ravik Karsidi menyampaikan duka mendalam atas kematian beliau.

“Kami bersama segenap civitas akademia UNS terkejut dengan kejadian tersebut. Kami merasa kehilangan dan semoga beliau khusnul khotimah dan keluarga yang ditinggalkan tabah,” urainya, Kamis (29/03/2018) malam.

Baca Juga :  Sudaryono Janjikan Hadiah Motor Nmax bagi Kader Peraih Suara Terbanyak dalam Upaya Menangkan Bowo-Suwardi di Pilkada Sragen 2024

Dikatakan Prof Ravik, pihaknya menduga meninggalnya Prof Wiryanto akibat serangan jantung tersebut dipicu faktor kelelahan setelah membacakan orasi ilmiah berjudul “Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu Berbasis Kearifan Lokal”, di depan sidang senat terbuka di auditorium UNS.

“Ini baru kejadian yang pertama di UNS, Gubes meninggal setelah dilantik. Biasanya pidato ilmiah dibaca sekitar 30 menit. Namun Prof Wiryanto membacanya lengkap dengan data-datanya dan hampir mencapai 45 menit,” paparnya.

Secara pribadi , Ravik yang juga kelahiran Hadiluwih,  Sumberlawang,  Sragen itu mengaku sangat terkesan dengan orasi ilmiah Prof. Wiryanto. Karena sebagai dosen F-MIPA almarhum mengangkat topik kearifan lokal.

“Bahkan saya sempat menyarankan, agar penelitian dan rekomendasinya tentang kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya air dijabarkan lebih konkret agar dapat menjadi acuan dalam mengatasi krisis air tawar di Indonesia,” urainya.

Di sisi lain, Prof. Wiryanto yang merupakan guru besar bidang pengelolaan sumber daya air tawar pada F-MIPA, dalam orasi ilmiahnya menengarai, Indonesia saat ini berada di bawah ancaman krisis air, bukan hanya akibat perubahan iklim, kerusakan ekosistem, sistem pengelolaan lahan yang buruk, namun diperparah eksploitasi air untuk kepentingan bisnis tanpa memperhatikan kelestarian sumber daya air.

Baca Juga :  Detik-detik Akhir Kampanye Pilkada 2024 Kyai NU di Sragen Pilih Dukung Bowo - Suwardi Ini Alasannya

Kearifan lokal yang sangat efektif untuk menjaga kelestarian sumber daya air, sekarang kalah dari bisnis air dalam kemasan, penjualan air isi ulang dan lain-lain yang air bakunya diambil dari sumber di pegunungan. Wardoyo/Triawati Prihatsari Purwanto