SUKOHARJO-Biro Teknologi Informasi Universitas Muhammadiyah Surakarta (BTI-UMS) terus meningkatkan sektor pelayanan sistem informasi kampus. Salah satunya dengan melakukan reengineering (menambah kapasitas) jaringan lama.
“Sejalan dengan IT-nisasi di semua sektor maka BTI perlu merespon semua arah kebijakan semua unit, fakultas, prodi. Pekerjaan IT tidaklah bisa dilihat sebagai sesuatu yang secara visual besar mudah dinilai sebagaimana aset gedung. Namun vitalitasnya banyak dibutuhkan dan dirasakan. Utamanya di era informasi pada fase revolusi industri 4.0 sekarang. Maka BTI UMS telah mempersiapkan rencana program pengembangan unit untuk implementasi tahun 2018/2019,” ungkap Wakil Rektor Bidang Keuangan dan Sistem Informasi, Ir Sarjito, MT, PhD.
Sarjito mengungkapkan, dalam tiga tahun terakhir bandwidh UMS untuk support ke sistem informasi berangsur dinaikkan menjadi 1.200 Mbps, 300 Mbps untuk koneksi global sisanya untuk koneksi regional (Asia Tenggara dan Asia Timur) sisanya sebesar 900Mbps.
“Kenaikan bandwidh tersebut sudah dinaikkan dari tahun sebelumnya yaitu 900 Mbps total, bahkan di tahun tahun sebelumnya masih 500 Mbps total,” katanya.
Arah pengembangan IT saat ini, lanjut Sarjito, masih berfokus pada dua hal utama yaitu Penguatan Jaringan untuk penguatan konektifitas dan Sistem Manajemen Informasi. “Program-program lain yang dipandang penting adalah manajemen data dan program pengembangan misalnya networking atau semacam pengembangan access menggunakan Smart Card,” ujarnya.
Untuk pengembangan jaringan di UMS pada 2017/2018, telah dilakukan reengineering jaringan lama. Sebab jaringan sebelumnya, kualitasnya dinilai kurang, lantaran max speed yang bisa dilewatkan melalui jaringan lama itu hanya 100Mbps.
“Sehingga berapa pun bandwidth ditambah tetap tidak bisa maksimal. Ibarat saluran air, meskipun debit air besar tetapi salurannya kecil. Maka perlu dilakukan reengineering jaringan,” katanya.
Ditambahkannya, reengineering yang dimaksud adalah mengubahnya menjadi kapasitas laluan menjadi 2000 Mbps, sehingga bandwidth yg kita miliki 1.2 Gbps (1200Mbps) itu bisa semuanya terserap.
“Hanya kendala dalam reengineering itu adalah belum sampai 100% ke user end. Kedua, dalam reengineering di kelas-kelas terhambat karena utilitas kelas untuk pembelajaran hampir tidak ada waktu kosong kuliah. Sebab tidak mungkin tukang jaringan bekerja ketika kelas sedang dipakai,” tambahnya.
“Selain itu, mengenai standard instalasi yang seharusnya memakai kabel tertanam tetapi karena kita itu memasang kabel pada gedung yang sudah jadi mengakibatkan pemasangan kabel tertanam menjadi tidak mudah. Namun, apapun alasannya perlu Biro IT mengubah strategi bagaimana re-engineering jaringan bisa segera dituntaskan.”
Dalam hal pengembangan sistem informasi, tambah Sardjito, Biro IT sudah dan akan meneruskan inventarisasi applikasi-aplikasi software yang sudah dimiliki.
“Pertama, untuk menyajikan aset SIM yang sangat diperlukan oleh pimpinan universitas. Kedua, untuk mengevaluasi utilitas aplikasi tersebut apakah masih up to date, kurang berfungsi dan perlu update ataukan betul betul masih handal. SIM-SIM yang ada di UMS banyak diminati perguruan tinggi Muhammadiyah (PTM) lain yang ingin mengkloning, maka dipandang perlu untuk dibuat semacam daftar produk, barangkali akan memudahkan pemesan, dan hal ini akan menghasilkan uang,” katanya.
“Dengan banyaknya aplikasi, masih belum ada penanggung jawab secara khusus akan data kita, terlebih jika terjadi bencana, bisa jadi data kita akan hilang tiba-tiba, ini akan menyakitkan. Secara umum kita juga masih terjebak pada teknologinya, tetapi data yang banyak blm dimanfaatkan untuk pengambilan kebijakan.”
Dia mencontohkan, di ITB data mahasiswa semester tiga, sudah bisa digunakan untuk memprediksi mahasiswa itu lulus tepat waktu, potensi molor, potensi kena DO atau betul-betul DO. Dalam pengembangan networking komunitas riset dan akses data akan bisa diperoleh kalau UMS bergabung dengan universitas maju, misalnya ITB yang sudah mempunyai kerjasama dengan “Trans Euro Asia”.
BTI-UMS diundang untuk melihat fasilitas disaster recovery center (DRC) di lokasi yang sama dengan stasiun bumi Jatiluhur Jawa barat 7-8 Agustus 2018. Untuk mengetahui lebih detail bagaimana fungsi dan pemeliharaan hardware maupun software terkait dengan Teknologi Informasi.
Kehadiran TIM-IT UMS disambut Solehudin, ST yang menjabat sebagai Expert data center (DC) Indosat yang sudah berpengalaman selama 28 tahun. TIM UMS hadir Full TIM, dipimpin oleh Kepala Bagian Jaringan IT UMS, Ir. Bana Handaga, PhD didampingi wakil rektor bidang keuangan dan sistim teknologi informasi Ir. Sarjito, MT, PhD.
Pada kunjungan tersebut dimanfaatkan juga untuk melakukan studi banding ke Direktorat Sistim Teknologi Informasi ITB (DSTI-ITB). Kedatangan TIM UMS ke DSTI-ITB didampingi staff merketing Indosat dan diterima oleh Direktur DSTI Dr. Ir. Arry Akhmad Arman, MT didampingi kasubdit pengembangan IT Affan Basalamah. Dari kunjungan tim ke ITB, membuka wawasan kepada TIM IT UMS untuk melalukan perbaikan sistim dan kerjasama yang lebih luas.(Triawati Purwanto)