WONOGIRI–Lokasinya berada di tepi jalan nasional Jalur Lintas Selatan (JLS), masuk wilayah Kecamatan Giriwoyo, Wonogiri. Keberadaannya memberikan tanda mengenai perjuangan berdarah para pendahulu bangsa.
Ya, itulah Monumen Perjuangan Nilai 45 di Bukit Glonggong Kecamatan Giriwoyo. Bangunan kokoh berwarna kuning mencolok itu menjadi pengingat perjuangan melawan cengkeraman penjajah kala itu.
Bangunan sentral monumen berupa patung pejuang yang mengangkat senjata api dan obor di masing-masing tangannya. Mulut patung itu menganga menggambarkan tengah meneriakkan pekik merdeka. Sementara di bawah patung tergambar jelas relief perjuangan dan penderitaan warga waktu itu.
Terdapat rantai besi sepanjang belasan meter yang menjadi pagar Monumen Perjuangan Nilai 45 di Bukit Glonggong. Patung-patung tentara berdiri gagah di bagian bawah bangunan sentral.
Pada sisi bawah patung terdapat tulisan, ‘ Patah Tumbuh Hilang Berganti,’,’ Lebih Baik Mati Berkalang Tanah Daripada Hidup di Tangan Penjajah,’
Tokoh Desa Guwotirto, Meriyanto mengatakan, monumen tersebut dibangun pada 1975 sebagai penghormatan atas manunggalnya tentara dengan rakyat dalam bertempur melawan Belanda.
“Rakyat termasuk yang dari Giriwoyo bahu-membahu bersama pejuang melawan penjajahan. Monumen ini sebagai tanda perjuangan itu,” kata dia, Rabu (10/10/2018).
Seorang pelajar SMA di Wonogiri, Tyas mengaku baru tahu adanya monumen di Glonggong belum lama ini. Sebelumnya dia hanya mengenal monumen serupa di Krisak, Selogiri. Monumen Bedol Deso, dan monumen keganasan PKI di Tirtomoyo.
“Padahal saya sangat suka sejarah. Saya suka ke monumen sambil merenung membayangkan suasana saat penjajahan,” kata dia.
Wakil Bupati Wonogiri, Edy Santosa mengingatkan, semua pihak untuk tidak melupakan sejarah bangsa. Salah satu upayanya adalah dengan memperhatikan keberadaan monumen yang telah didirikan. Tidak boleh terjadi, generasi muda justru tidak tahu akan hal itu. Aris Arianto