Beranda Daerah Sragen Bicara di Hadapan Koalisi, Mukafi Ungkap Elektabilitas Yuni Jelang Pilkada Sragen Capai...

Bicara di Hadapan Koalisi, Mukafi Ungkap Elektabilitas Yuni Jelang Pilkada Sragen Capai 80 %. Tingkat Popularitasnya Lebih Mengejutkan?  

Ketua DPC PKB Sragen, Mukafi Fadli saat memberi sambutan di hadapan parpol koalisi pengusung Yuni-Suroto. Foto/Wardoyo
Ketua DPC PKB Sragen, Mukafi Fadli saat memberi sambutan di hadapan parpol koalisi pengusung Yuni-Suroto. Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Memasuki masa pendaftaran bakal pasangan calon (paslon) di Pilkada Sragen 2020, Ketua Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) merilis hasil survei popularitas, elektabilitas dan favoritas dari pasangan Yuni-Suroto yang diusung koalisi Gotong Royong lima parpol plus Demokrat.

Hasilnya, PKB menyebut angka popularitas bakal cabup sekaligus bupati petahana, Kusdinar Untung Yuni Sukowati meroket di angka 90 persen dengan elektabilitas di kisaran 75-80 persen.

“Tidak ada keraguan lagi. Hasil survei popularitas Mbak Yuni (sapaan akrab Yuni) saat ini di angka 90 persen. Elektabilitas 75-80 persen dan tingkat favoritasnya sudah sangat dikenal masyarakat. Jadi tidak ada lagi keraguan di hati sahabat-sahabat untuk memenangkan kontestasi Pilkada 2020 ini,” papar Ketua DPC PKB Sragen, Mukafi Fadli saat berbicara di hadapan pimpinan parpol koalisi pengusung Yuni-Suroto di Dayu, Karangmalang, Sragen sesaat sebelum mengantar mendaftar ke KPU beberapa waktu lalu.

Pasangan Yuni-Suroto akhirnya didaftarkan oleh lima parpol pengusung dengan total 29 kursi legislatif. Lima parpol di barisan Koalisi Gotong Royong itu masing-masing PDIP 13 kursi, PKB 7 kursi, Golkar 6 kursi, PAN 2 kursi dan Nasdem 1 kursi.

Satu parpol yakni Demokrat dengan lima kursi juga turut bergabung sebagai pendukung setelah insiden ketidakhadiran Sekretaris DPC sehingga harus kehilangan kesempatan menjadi partai pengusung.

Lebih lanjut, Mukafi yang kini duduk sebagai anggota DPRD Provinsi Jateng itu menyerukan kendati tingkat elektabilitas dan popularitas Yuni hampir menyapu bersih, ia tetap meminta semua parpol di barisan koalisi tidak lengah.

Menurutnya, sekalipun ibarat di atas angin, perjuangan tetapkan tak ringan meski juga tidak berat.

“Masing-masing partai punya pakta integritas. Di PKB, kalau kami tidak serius memenangkan Mbak Yuni-Suroto, yang namanya Mukafi harus siap diganti. Ini akan berlaku bagi parpol masing-masing,” tukas Mukafi.

Ia berharap modal elektabilitas dan popularitas tinggi itu bisa menjadi titik awal di tengah isu-isu tidak sedap yang mungkin terhembus.

Baca Juga :  Semakin Parah, KPU Sragen Gelar Rapat PPS di Hotel Berbintang, Tokoh Sragen Murka: Pemborosan dan Akal-akalan Anggaran

Salah satunya soal dinasti politik mengingat Yuni notabene adalah putri mantan bupati Sragen dua periode, Untung Wiyono Sarono Sukarno.

Namun ia berpandangan lain soal dinasti politik. Baginya terlepas dari label keturunan mantan pemimpin, kinerja dan kepemimpinan yang baik akan dengan sendirinya mengesampingkan anggapan dinasti politik.

“Terlepas Mbak Yuni putranya Pak Untung, sepanjang pemimpin itu baik itu maka dinasti itu menjadi tidak penting. Di banyak daerah dan kontestasi juga seperti itu. Yang jelas ada atau tidak ada lawan, kita tetap harus fokus agar nanti bisa menang dengan cara elegan atau istilah jawanya menang tanpa ngasorake,” tukasnya.

Pasangan Cabup-Cawabup, Kusdinar Untung Yuni Sukowati-Suroto saat menunjukkan tanda terima berkas pendaftaran di KPU Sragen, Jumat (4/9/2020). Foto/Wardoyo

Jika menilik pernyataan Mukafi itu, maka elektabilitas Yuni lebih unggul dibanding Gibran Rakabuming Raka, putra Presiden Jokowi yang akan maju di Pilkada Solo.

Dikutip dari Republika.co, Survei Indonesian Public Institute (IPI) yang dirilis pada 27 Agustus 2020 lalu menunjukkan kalau 53,3 persen masyarakat bakal memilih Gibran di Pilkada Solo pada 9 Desember nanti.

Sebesar 1,6 persen akan memilih kotak kosong dan 4,6 persen tidak akan datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS). Sementara, sebesar 40,3 persen masih merahasiakan jawaban atau belum memutuskan.

Survei juga mendapati bahwa publik tidak menyukai skenario kotak kosong di Pilkada Solo. Pada saat yang bersamaan, survei juga menangkap bahwa masyarakat tidak akan memilih (golput) jika ada skenario kotak kosong terjadi dalam pilkada di daerah mereka.

“Ada yang belum memutuskan, mereka yang wait and see itu menyumbang angka undecided voters. Untuk meningkatkan partisipasi pemilih itu bukan hanya tugas KPU tapi kontestan juga,” kata Direktur Ekskutif IPI Karyono Wibowo dalam konferensi virtual di Jakarta, Kamis (27/8/2020).

Baca Juga :  Mengerikan! Plafon SDN Kalimacan Kalijambe Sragen Roboh, 3 Siswa Terluka dan Dilarikan ke Rumah Sakit

Hasil survei mendapati bahwa 27,3 persen responden kurang suka dengan skenario kotak kosong dan 14,6 persen tidak suka sama sekali dengan kondisi tersebut.

Sedangkan 20 persen mengaku cukup suka dan 3,6 persen responden mengatakan sangat suka skenario tersebut. Sementara, 34,4 persen tidak menjawab atau tidak tahu.

Survei dilakukan menggunakan metode multi stage random sampling dan dilakukan secara tatap muka langsung  Responden merupakan warga yang memiliki hak pilih di Kota Surakarta sehingga survei ini tidak bias pada segmen tertentu.

Jumlah responden adalah 440 orang. Survei dilakukan pada 3 hingga 7 Agusutus 2020 dengan margin of error 4,8 persen. Survei dilakukan dengan menggunakan protokol kesehatan karena berlangsung ditengah pandemi Covid-19.

Di Pilkada Solo, Gibran akan ditantang pasangan dari jalur independen, Bajo. Di sisi lain, hingga penutupan pendaftaran Pilkada Sragen 4-6 September, belum ada bakal paslon selain Yuni-Suroto yang mendaftar ke KPU.

Kabar yang berembus, Pilkada Sragen berpotensi besar melawan kotak kosong. Ketua KPU Sragen, Minarso menyampaikan karena sampai batas akhir pendaftaran, hanya ada satu paslon yang mendaftar, maka KPU memperpanjang pendaftaran selama tiga hari mulai tanggal 11-13 September. Wardoyo/Republika.co