SUKOHARJO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Selepas dari buruh pabrik dua tahun silam, Daryono (31), warga asal Cepu, Kecamatan Blora, Jawa Tengah ini ibarat tinggal di jalanan.
Dari pagi sekitar jam 10.00 WIB hingga tengah malam, ia selalu berkeliling jalan kaki sembari menawarkan kerupuk opak yang dibawanya dengan pikulan.
Daryono memiliki area jualan di kawasan kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Jalan Ahmad Yani, Mendungan, Pabelan, Kartasura, Sukoharjo maupun di pemukiman warga.
“Awalnya saya cuma ditawari teman untuk juaan kerupuk opak ini. Tak tahunya, ini menjadi jalan rezeki saya,” ujarnya ketika bincang-bincang dengan Joglosemarnews.
Di Kartasura, Daryono terbilang seorang perantau. Istri dan anaknya yang sebentar lagi akan masuk SD, ditinggalkannya di tempat asal, Blora.
Karena hanya sendirian, bagi Daryono tidak masalah untuk tempat tinggal di Kartasura. Selama ini ia cukup tinggal di balai desa Bendungan. Toh keperluannya hanya untuk tidur dan mandi saja.
Seminggu sekali di hari Minggu, ia pulang ke Blora untuk melepas kangen dengan keluarganya, sekaligus memberikan keuntungan hasil jualan kerupuk opak. Bagi Daryono, hasil jerih payahnya tersebut sangat berarti untuk menghidupi keluarganya serta keperluan pendidikan anaknya.
Rezeki yang diberikan untuk keluarganya juga tidak menentu jumlahnya. Namanya jualan, kisah Daryono, tidak bisa dipastikan. Kadang laris, kadang juga surut dan bahkan apes.
Namun seapes-apesnya jualan kerupuk opak, Daryono masih mendapatkan keuntungan Rp 100.000 per hari. Sementara kalau lagi-ramai-ramainya, ia bisa mengantongi Rp 400.000.
Akan tetapi, belakangan, sejak pandemi Covid-19 melanda, penjualan kerupuk opak yang dilakoni Daryono menurun drastis.
“Wah kalau selama pandemi Covid-19 ini lumayan sepi pembeli, Mas. Nggak tahu kenapa, mungkin orang-orang pada takut keluar rumah?“ tuturnya. Amirul Indra Buana Akbar