JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Laga bulutangkis persahabatan antara Billy Haryanto VS pelatih Richard Mainaky di ajang simulasi Sudirman-Thomas-Uber Cup yang digelar pekan lalu di Jakarta, menyisakan rasa haru.
Sebab laga yang digelar sebagai apresiasi untuk Richard itu seakan menjadi laga perpisahan bagi pelatih ganda campuran Richard Mainaky dengan PBSI.
Ya, setelah hampir 26 tahun dipercaya melatih sektor ganda campuran, Richard memutuskan pensiun dari PBSI per 27 September mendatang.
Tak ayal, laga persahabatan antara pengusaha kenamaan asal Sragen, Billy Haryanto melawan Richard menghadirkan nuansa emosional tersendiri.
Kedekatan pelatih Richard dengan pengusaha kenamaan asal Sragen yang akrab disapa Billy Beras itu menjadi penyebabnya.
Skuad ganda campuran Pelatnas Cipayung sendiri juga tak asing dengan sosok Billy Beras.
Beberapa kali, pengusaha yang duduk sebagai Dewan Penasihat PBSI itu “menjamu” para atlet bulutangkis untuk berlatih di GOR Billy Beras yang ada di Masaran Sragen.
“Kami memang dekat. Anak-anak pelatnas mixed double (ganda campuran) kadang sering latihan di GOR, kami fasilitasi. Kebetulan saya juga senang badminton,” ujar Billy kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Rabu (15/9/2021).
Soal sosok Richard Mainaky, Billy mengaku sangat salut. Ia memandang Richard sebagai salah satu legenda pelatih bulutangkis hebat yang pernah dimiliki PBSI.
Karenanya ia mengaku salut atas kepemimpinan dan kepelatihannya yang mampu melahirkan ganda-ganda campuran hebat dan berprestasi dunia.
“Beliau pelatih tangan dingin. Sukses mencetak mixed double yang hebat dan berprestasi dunia. Semoga prestasinya bisa terus diteladani dan dikembangkan oleh pelatih penerusnya agar bisa membawa bulutangkis Indonesia lebih berjaya lagi,” tandas Billy.
Dalam kesempatan itu, Richard juga sempat memberikan pesan kesan selama 26 tahun dipercaya menangani sektor ganda campuran di pelatnas PBSI.
Ia mengaku memutuskan pensiun karena sudah cukup lama mengabdikan diri untuk PBSI dan saatnya kini untuk fokus menikmati waktu berkumpul dengan keluarga di Manado.
“Dasar utama saya untuk mundur yaitu keluarga. Karena selama 26 tahun melatih di PBSI, hampir waktu saya banyak untuk melatih. Setiap pagi dari jam 05.10 WIB pulang jam 18.00 WIB sore. Paling untuk keluarga hanya Sabtu dan Minggu setengah hari. Saya ingin fokus ke keluarga. Kebetulan di Manado kami sudah membangun rumah dari hasil melatih, lalu ada usaha semacam wisata kuliner di sana. Di Manado juga banyak keluarga saya di sana,” tutur Richard dalam konferensi pers yang disampaikan kepada PBSI.
Antar Raih Emas Olimpiade
Sekadar tahu, selama 26 tahun memegang ganda campuran, Richard sukses mengangkat performa ganda campuran dan melahirkan pasangan mixed kelas dunia.
Ada Tri Kusharjanto/Minarto Timur, Nova Widianto/Lilyana Natsir, Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir, Praveen Jordan/Debby Susanto hingga terakhir Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti.
Selama 26 tahun itu, banyak prestasi besar yang dihadirkan Richard untuk Indonesia.
Di antaranya gelar All England, Emas Sea Games, Gelar Juara Dunia, hingga puncaknya medali emas ganda campuran dari Owi/Butet di Olimpiade 2016 Rio de Janeiro lalu. Wardoyo