YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kawasan wisata Malioboro, benar-benar menjadi magnet bagi wisatawan luar. Bahkan, pembatasan jumlah kunjungan melalui aplikasi ‘sugeng rawuh’ menjadi tidak efektif, lantaran banyak wisatawan yang abai.
Sebagaimana diketahui, aplikasi ‘Sugeng Rawuh’ berfungsi untuk membatasi waktu berkunjung wisatawan di kawasan Malioboro yang sudah mulai diterapkan pada 13-14 November lalu.
Namun penerapan aplikasi tersebut masih mengalami sejumlah kendala di lapangan.
Untuk itu, pemerintah melalui UPT Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya akan melakukan evaluasi.
Kepala UPT Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya, Ekwanto mengakui penerapan aplikasi ‘Sugeng Rawuh’ masih harus dievaluasi lagi.
Pasalnya, masih ada deretan kendala yang dijumpai saat penerapan di lapangan.
Salah satu kendalanya adalah petugas Jogoboro kesulitan untuk menertibkan antrean wisatawan saat jumlah pengunjung mengalami peningkatan signifikan.
“Memang ada peningkatan pengunjung, apalagi saat malam Minggu, meskipun hujan. Kita cukup kewalahan itu, karena pengunjungnya luar biasa, ya, dari luar kota mulai masuk, sehingga semakin ramai,” jelasnya, Senin (15/11/2021).
“Sore hari itu mulai terlihat semakin ramai, karena mereka, kalau sudah ke tempat wisata lain, pasti rute akhirnya, atau penghabisannya, ya, ke Malioboro,” tambah Ekwanto.
Dijelaskannya, antrean pengisian data diri lewat aplikasi ‘Sugeng Rawuh’ yang mengular, membuat beberapa wisatan menolak, serta bersikeras mengakses kawasan Malioboro tanpa melewati proses skrining.
Akhirnya, UPT Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya sampai harus meminta bantuan personel Kepolisian, Linmas, dan Satpol PP.
“Ada beberapa itu, yang tidak mau mengisi pendataan di aplikasi. Makanya, perlu kita edukasi lagi. Tetapi, kami dapat memaklumi, karena wisatawan kondisinya mungkin capek juga, ya, sehingga jadi sedikit abai begitu,” terangnya.
Ekwanto menambahkan, terdapat 17 pintu masuk Malioboro, termasuk di sirip-siripnya yang dijaga oleh petugas.
Setiap pengunjung wajib men-download aplikasi ‘Sugeng Rawuh’ dan mengisi data diri untuk dihimpun ke dalam sistem.
“Padahal, itu cuma nomor handphone saja yang harus diisi, karena untuk mengirimkan notifikasi, ya, seandainya waktu berkunjung sudah dua jam, sudah habis. Itu, sudah sangat sederhana, dan paling simple menurut kami,” ujarnya.
Walau begitu, meski notifikasi sudah dikirim, Ekwanto pun mengakui, masih banyak dijumpai pengunjung yang ngeyel dan enggan beranjak. Padahal, ia memastikan, mereka telah menerima peringatan yang dikirim UPT via Whatsapp.
“Evektifitasnya memang agak susah, sampai kita harus terus sampaikan, busnya yang mana, tour leader-nya yang mana, kita informasikan ke wisatawan, bahwa waktu kunjungan sudah habis, dan diminta geser dari Malioboro,” jelasnya.
“Ya, meski sudah tahu waktu berkunjungnya habis, mereka masih asyik berbelanja, jalan-jalan, dan sebagainya. Nah, ini perlu edukasi juga kedepan,” pungkas Ekwanto.