Beranda Umum Nasional Silaturahmi Nasional KIB, Airlangga Ajak Semua Elemen Akhiri Politik Identitas

Silaturahmi Nasional KIB, Airlangga Ajak Semua Elemen Akhiri Politik Identitas

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto saat memberikan sambutan dalam acara Silaturahmi Nasional Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) / tangkapan layar

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah mengancangkan target Indonesia menjadi bangsa yang maju pada tahun 2045 mendatang.

Airlangga mengatakan hal itu saat memberikan pidato dalam acara silaturahmi nasional Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) secara daring, Sabtu (4/6/2022).

Target itu hanya dapat tercapai, jelas Airlangga, jika dilakukan dalam suasana persatuan yang kuat dan soliditas yang tinggi.

Dia mengatakan, silaturahmi nasional tersebut merupakan momentum bersejarah, yang merupakan tenunan persahabatan dari ketiga partai.

“Pertemuan siaturahmi ini bahkan lebih dari 1.000 kata yang bisa dituliskan,” ucap Airlangga.

Airlangga menegaskan bahwa membangun bangsa tidak bisa dilakukan hanya oleh satu golongan secara sendiri-sendiri. Sebaliknya, pembangunan harus dilakukan dengan memanfaatkan seluruh potensi yang ada.

Dalam kesempatan itu pula, Airlangga kembali menyinggung komitmen KIB untuk mendukung dan mengawal pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Dalam penilaiannya, pemerintahan di bawah Presiden Jokowi terbukti telah berhasil menorehkan berbagai prestasi, baik di bidang infrastruktur, pembangunan ekonomi maupun sosial.

“Keberhasilan ini bukan hanya diakui secara nasional, namun diakui pula oleh dunia internasional,” paparnya.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian itu mengajak seluruh elemen untuk menyudahi  politik identitas, dan menggantinya dengan atmosfer persatuan.

Dengan alasan itulah, ujar Airlangga,KIB sengaja dibangun lebih awal, yakni 19 bulan sebelum perhelatan. Sebab, jelas Airlangga, membangun politik persatuan memang harus dilakukan sejak awal.

“Kesamaan chemistry harus dibangun jauh-jauh hari agar bisa seirama, satu frekuensi dan sejalan dalam membangun masyarakat,” ujarnya.

Baca Juga :  Cagub Bengkulu Petahana Terjaring OTT KPK, Ini Sikap KPU

Koalisi menurut Airlangga, tak bisa dibentuk dalam suasana keterdesakan maupun ketergesaan, tapi dengan melakukan silaturahmi secara intensif seperti sekarang ini.

Sementara itu, Ketua Umum PPP, Suharso Monarfa dalam pidatonya mengambil contoh Piagam Madinah sebagai sebah sebuah inspirasi.

Ia menjelaskan, di tengah kehidupan yang beradam di Kota Madihah, Piagam Madinah hadir memuat sebanyak  47 pasal. Di mana, pasal-pasal tersbeut mengatur tentang norma-norma dan nilai-nilai persamaan, kebebasan, musyawarah dan toleransi.

“Dengan memahami histori ini, apakah politik identitas masih relevan di zaman sekarang, sementara pekerjaan rumah kita masih begitu banyak. Untuk itulah, KIB hadir untuk kemaslahatan bersama,” bebernya.

Pada bagian lain, Suharso mengatakan, sebuah koalisi semestinya mampu mencerdaskan kehidupan berdemokrasi.

KIB sendiri, jelas Suharso masih bersifat cair dan terbuka bagi partai-partai lain. Ia juga mengatakan, masih terbuka bagi calon-calon dari luar KIB, sepanjang memenuhi hal-hal yang telah disepakati.

Hanya saja, jelas Suharso, KIB sendiri secara internal sudah memiliki calon-calon yang layak untuk diajukan sebagai Capres.

“Jadi kenapa harus menengok ke seberang sungai?” ujarnya.

Senada dengana Airlangga Hartarto, Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan mngajak semua usur dan lemen untuk mengakiri polarisasi dalam praktik Pilpres maupun Pilkada.

“Indonesia bersatu adalah cita-cita kita bersama,” ujarnya.

Zulkifli Hasan mengatakan, masyarakat sekarang sudah bosan dengan adanya provokasi.  Rakyat kini lebih mendambakan persatuan demi memajukan Indonesia.

“Ini yang mendassari lahirnya KIB. Politik harusnya menjadi jalan kemaslahatan bersama, bukan mengotak-kotakkan lawan,” ujarnya.

Baca Juga :  Tahun Depan PPN Naik dan BBM Tak Masuk Perkecualian, Kelas Menengah Kian Terjepit?

Jika menengok ke belakang, jelas Zulkifli,  polarisasi muncu bersamaan dengan diselenggarakannya Pemilu presiden.

Ia mencontohkan, tahun 2004 Pilpres diikuti lima pasang calon, aman.  Tahun 2009 ad tiga pasang calon juga aman.

“Tahun 2014 ada dua pasang, mulai muncul gejala polarisasi. Berlanjut tahun 2019 dua pasang calon, juga muncul indikasi polarisasi. Karena itu, kita berharap, sekurang-kurangnya nanti Pilpres 204 muncul tiga pasang calon,” ujar Zulkifli.

Dia mengatakan, kemajemukan di Indonesia justru menjadi  potensi. Karena itulah, jelas Zulkifli, KIB berperan menjadi poros yang mempesatukan dari berbagai kepentingan yang ingin memajukan bangsa Indonesia.

Untuk diketahui, silaturahmi nasional yang juga berlangsung secara online tersebut dihadiri oleh para senior dari Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN) maupun para senior Parta Persatuan Pembangunan (PPP) serta para pengurus masing-masing pertai di tingkat provinsi maupun kabupaten di seluruh Indonesia. Suhamdani