JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Boyolali

Dari Lockdown Lokal hingga Jamu Herbal. Upaya Peternak Sapi Boyolali Tangkal Virus PMK

Petugas tengah memerksa ternak sapi di Boyolali / Foto: Waskita
   

BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM Para peternak sapi terpuruk akibat wabah penyakit mulut dan kuku (PMK). Mereka kebingungan mengatasi sapi miliknya yang terkena PMK. Apalagi bantuan obat dan vaksin masih  terbatas.

Namun demikian, kondisi tersebut tak membuat para peternak sapi potong maupun sapi perah patah arang. Mereka melakukan berbagai upaya untuk mengobati sapi yang sakit. Seperti dilakukan Aryanto, peternak sapi potong di Desa Jemowo, Kecamatan Tamansari.

Dia mengaku awalnya sempat was- was. Ya, dari 20 sapi di kandang, separo diantaranya terkena PMK. Sapi- sapi menjadi kurus karena tak mau makan. Dia lalu mencari informasi untuk penyembuhannya.

Tak mau bergantung pada dokter hewan, dia pun membeli vitamin maupun obat penurun panas di toko obat hewan. Obat- obat itu dia suntikkan sendiri. Mulut sapi juga disemprot cairan cuka dan disinfektan.

Bagian kuku dan kaki disemprot campuran betadin dan obat gosok maupun minyak angin. Penyemprotan dimaksudkan agar luka di bagian kuku dan kaki tidak dihinggapi lalat. Dia juga memperbanyak makanan halus seperti bren atau konsentrat ditambah ampas tahu.

Baca Juga :  Ultah ke-5, Kebun Raya Indrokilo Boyolali Diserbu Anak-anak Sekolah

“Pakan hijauan juga tetap disediakan,” katanya, Selasa (28/6/2022).

Setiap pagi, kandang juga selalu dibersihkan. Dan tidak setiap orang diperbolehkan masuk kandang. Bahkan dokter atau mantri hewan pun harus disemprot disinfektan sebelum masuk kandang mengecek kesehatan sapi.

“Kami bersyukur dengan cara ini, sapi yang sakit bisa sembuh. Perlahan, sapi mau makan lagi.”

Upaya serupa dilakukan para peternak sapi perah di Desa Samiran, Kecamatan Selo. Sejak pasar hewan ditutup, seluruh peternak  yang tergabung Kelompok Tani dan Ternak Dadi Maju kompak menerapkan lockdown lokal.

“Petani dan peternak sepakat tidak membawa sapi dari luar. Juga sepakat tidak mengeluarkan sapi dari sini ke luar,” kata Ketua Kelompok Tani dan Ternak Dadi Maju, Desa Samiran, Selo, Suparno.

Dia juga memberi jamu herbal secara rutin berupa larutan gula jawa dan parutan kunyit. Perbandingannya, 1 kilogram kunyit dengan 2 kilogram gula jawa lalu direbus. Setelah dingin diminumkan pada sapi.

Baca Juga :  Ditinggal PKS yang Merapat ke PDIP, Seperti Ini Nasib Koalisi Boyolali Tersenyum

“Sapi ya mau mnium karena rasanya enak. Pemberian jamu dilakukan tiap pagi dan sore sebelum dikombor.”

Ternyata, jamu herbal ini bisa menambah imunitas sapi. Serta bisa mencegah penyakit masuk. Meski harus repot membuat sendiri, khasiat jamu herbal ini berdampak baik pada sapi. Sapi tampak lebih sehat dan segar.

“Hasil susu juga bagus. Susu perah di Desa Samiran termasuk berkualitas tinggi. Dalam sehari, dari 50-60 ekor sapi perah bisa menghasilkan 350-400 liter susu dengan harga Rp 5.500/liter.”

Peternak muda desa setempat, Ripto (26) memiliki 11 ekor sapi. Yakni enam sapi pedet alias anakan perah, satu dara, satu pejantan dan tiga sapi perah. Wabah PMK memang mengkhawatirkan. Namun, warga kompak dan tidak panik.

Pihaknya juga telah menerima cara pencegahan paparan PMK. Sapi juga harus sering dimandikan. Kuncinya, meski ada PMK, peternak  tidak panic dan sepakat menerapkan lockdown lokal. Peternak juga jalankan sosialisasi dari pemerintah.

“Kandang harus sering dibersihkan. Dan tidak setiap orang boleh masuk kandang,” pungkasnya. Waskita

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com