Beranda Daerah Sragen Hasil Lomba Kampung Batik Jantran, RT 25 Raih Hadiah Kambing, RT 26...

Hasil Lomba Kampung Batik Jantran, RT 25 Raih Hadiah Kambing, RT 26 Rebut Piala Bergilir

Anggota DPRD Sragen, Sugiyanto saat menyerahkan hadiah kepada perwakilan RT pemenang lomba kreasi ikon Kampung batik HUT RI, Minggu (28/8/2022) malam. Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – RT 26 dinobatkan menjadi juara umum dalam lomba HUT RI di Kampung Batik Jantran, Desa Pilang, Kecamatan Masaran, Sragen.

Sementara, hadiah seekor kambing untuk RT dengan nilai terbaik yang diberikan oleh anggota DPRD setempat, Sugiyamto, diraih oleh RT 25.

Para pemenang itu diumumkan pada malam panggung puncak peringatan HUT ke-77 RI yang digelar di Kampung Batik Jantran, Minggu (28/8/2022) malam.

“Hasilnya untuk juara 1 yang mendapat hadiah kambing adalah RT 25. Tapi juara umum lomba yang berhak mendapat piala bergilir adalah RT 26,” papar Sugiyamto kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Senin (29/8/2022).

Juara terbaik dipilih dari hasil akumulasi penilaian yang dilakukan oleh tim Babinsa hingga awak media.

Penilaian meliputi lomba taman bermotif batik, lampu jalan hingga lukisan bermotif batik. Legislator yang juga pengusaha “Dewa Batik” itu mengapresiasi antusiasme warga 7 RT yang ada di Kampung Jantran untuk mengikuti lomba.

Hal itu ditandai dengan semangat warga memoles dan berkreasi menghias kampung mereka dengan desain bernuansa batik.

Bahkan mereka rela menghabiskan iuran antara Rp 5 sampai Rp 10 juta meski hadiah pemenang di bawah angka hadiah.

“Antusias warga luar biasa. Padahal hadiah pertama hanya Rp 1 juta, kedua Rp 700.000 dan ketiga Rp 500.000. Untuk juara terbaik dapat kambing,” ujarnya.

Baca Juga :  Gerakan Pembaharuan Sragen (GPS) Terbelah, Tokoh-Tokoh Senior Berbalik Mendukung Bowo-Suwardi di Pilkada Sragen 2024
Babinsa Desa Pilang didaulat menyerahkan piala bergilir kepada perwakilan RT 26 yang menjadi juara umum. Foto/Wardoyo

Sugiyamto menambahkan lomba kreasi batik itu selain memeriahkan HUT RI, juga diharapkan menjadi momentum kebangkitan batik Jantran untuk mereguk kembali kejayaan yang pernah diraih sebelum pandemi.

“Ini momentum agar publik di Indonesia bahkan dunia tahu bahwa di sinilah pusatnya produksi batik terbesar. Sehingga mereka akan beli di sini karena harganya akan lebih miring. Sebab selama ini hampir 70 persen batik yang beredar di pasaran itu baik di Solo dan Jogja itu ambilnya sebenarnya dari sini,” jelasnya.

Geliat warga menggaungkan batik itu juga tak lepas dari realita bahwa batik mendominasi 80 persen lebih pencaharian warga.

Mulai dari perajin besar, karyawan hingga perajin rumahan semua bergantung pada batik.

Kemajuan teknologi pemasaran di era digital makin memacu semangat untuk lebih mendorong batik Jantran agar lebih dikenal publik.

“Sekarang teman- teman pengrajin punya web sendiri dan mulai memasarkan produk lewat online. Alhamdulillah pasca pandemi ini pesanan mulai banyak. Biar batik Jantran ini semakin dikenal luas dan mendunia. Harapan kami dengan makin dikenal luas, batik dari sini akan makin maju,” tandasnya.

Anggota DPRD Sragen sekaligus pengusaha batik “Dewa” asal Kampung Jantran, Pilang, Masaran, Sugiyamto saat meninjau hasil kreasi batik di lingkungan RT 30 dalam lomba desain batik memeriahkan HUT RI, Sabtu (20/8/2022). Foto/Wardoyo

Ketua Karang Taruna Surya Bakti Dukuh Jantran, Toni Apriyanto menyampaikan lomba itu digelar dalam rangka memeriahkan HUT RI.

Baca Juga :  Detik-detik Akhir Kampanye Pilkada 2024 Kyai NU di Sragen Pilih Dukung Bowo - Suwardi Ini Alasannya

Selain mendesain lingkungan dengan motif batik, beragam lomba juga digelar seperti lomba tumpeng, jalan dan lainnya.

“Kriterianya kebersihan, kreativitas, keindahan dan lainnya. Warna dan motif dibebaskan intinya ada corak batiknya dan bola-bola,” jelasnya.

Melalui lomba itu, diharapkan mendukung eksistensi Kampung Jantran sebagai sentra penghasil batik menjadi lebih maju dan berkembang.

Ia mengapresiasi semangat warga di semua RT dalam bergotong royong mendesain dan memperindah kampungnya.

“Buatnya ada yang butuh satu bulan, panjang jalan yang dilukis bahkan ada yang sampai 200 meter. Masing-masing RT beda-beda motifnya,” jelasnya. Wardoyo