Beranda Umum Nasional Ekonom Sebut, Program Makan Siang dan Susu Gratis Berbiaya Rp 400 T...

Ekonom Sebut, Program Makan Siang dan Susu Gratis Berbiaya Rp 400 T Per Tahun Justru Menyesatkan

Cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka membagikan susu kemasan ke warga di area car free day Jalan MH Thamrin, Jakarta, Minggu (3/12/2023) | tempo.co

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM Program pemberian makan siang dan susu gratis yang dijanjikan calon presiden (Capres) Prabowo Subianto, dinilai akan membebani anggaran secara sangat signifikan.

Pandangan itu disampaikan oleh Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies, Yusuf Wibisono.

Bisa dibayangkan, menurut perkiraan Yusuf, program tersebut akan membutuhkan dukungan anggaran hingga Rp 400 triliun per tahun.

“Anggaran ini sangat fantastis dibandingkan dengan anggaran percepatan penurunan stunting yang rata-rata dalam 3 tahun terakhir hanya di kisaran Rp 30 triliun per tahun,” ujar Yusuf, Kamis (18/1/2024).

Ia menilai anggaran sebesar Rp 400 triliun akan jauh lebih bermanfaat dan efektif untuk menanggulangi stunting jika program menjadikan daerah sebagai ujung tombak dalam intervensi gizi.

Sebab ada perbedaan sifat dan tingkat permasalahan stunting antar daerah. Sehingga, ia mendorong agar pemerintah dapat memperkuat kapasitas sistem kesehatan daerah terutama puskesmas.

Selain itu, Yusuf menekankan bahwa akar permasalah stunting di Indonesia banyak berkaitan dengan kemiskinan dan lonjakan harga pangan.

Baca Juga :  Bahlil Hapus Subsidi BBM untuk Ojol, Ekonom: Pengangguran Bisa Melonjak

Hal itu berimplikasi pada ketidakmampuan individu untuk memenuhi kebutuhan kalori, gizi, dan nutrisi pada tingkat minimal.

Masalah stunting juga diperparah dengan perilaku konsumsi pangan yang tidak sehat, termasuk gaya hidup yang salah.

Karena itu, ia mendorong pemerintah selanjutnya memperkuat kebijakan pangan murah, terutama pangan tinggi protein berbasis sumberdaya lokal untuk menurunkan prevalensi stunting.

Ditambah program yang dapat mengubah perilaku dan gaya hidup keluarga penderita stunting, seperti menurunkan konsumsi rokok, terutama konsumsi rokok oleh masyarakat miskin.

Sementara itu, Yusuf menilai kampanye Prabowo-Gibran yang berupa bagi-bagi susu UHT gratis justru cenderung menyesatkan.

Menurutnya, cara itu berpotensi menimbulkan kesalahan persepsi yang fatal bagi masyarakat awam. Sebab dapat membuat masyarakat menganggap bahwa susu sapi kemasan dapat mengatasi masalah stunting.

Padahal untuk menurunkan prevalensi stunting, yang menjadi fokus sasaran program, seharusnya adalah anak usia nol sampai lima tahun yang memiliki kekurangan gizi kronis dan terbukti.

Baca Juga :  Gibran Minta Sistem Zonasi Dihapus,  FSGI Minta Presiden Prabowo Tetap Pertahankan. Mendikdasmen: Tunggu Tim Pengkajian yang Kami Bentuk

Sedangkan target penerima susu gratis dari program Prabowo-Gibran diberikan kepada anak-anak secara acak tanpa memperhatikan usia dan kondisi fisiknya.

“Ini justru memperlihatkan kapasitas pembuatan kebijakan publik yang terbatas,” ujar Yusuf.

www.tempo.co