Beranda Nasional Jogja Warga Kampung Wirobrajan Yogyakarta Abadikan Nama Penyair Joko Pinurbo sebagai Nama Jalan

Warga Kampung Wirobrajan Yogyakarta Abadikan Nama Penyair Joko Pinurbo sebagai Nama Jalan

Pemancangan tetenger Gang Joko Pinurbo di Kampung Wirobrajan, Kota Yoygyakarta, oleh warga masyarakat setempat, Sabtu (27/7/2024) sore | tribunnews

YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM Sepertinya baru kali ini, penyair mendapatkan apresiasi dan penghargaan yang cukup besar dari warga masyarakat di mana dia tinggal.

Penyair tersebut adalah Alm Joko Pinurbo. Warga masyarakat di Kampung Wirobrajan, Kota Yogyakarta, menamai sebuah gang kecil di wilayahnya, dengan nama Gang Joko Pinurbo, Sabtu (27/7/2024) sore.

Untuk diketahui, gang tersebut merupakan akses masuk menuju kediaman Joko Pinurbo, yang selama ini memang tak bernama. Rumahnya terletak di permukiman padat penduduk khas perkampungan di Kota Yogyakarta, yang jauh dari kesan mewah.

Peresmian nama Gang Joko Pinurbo di Kampung Wirobrajan pun berlangsung penuh ingar bingar dengan balutan seni dan budaya.

Ratusan warga, serta seniman dan budayawan kondang, layaknya Butet Kertaredjasa, turut hadir menjadi saksi.

Menariknya, warga sekitar memutuskan menamai gang tersebut dengan nama Joko Pinurbo, selepas merasakan sebuah tamparan.

Bukan tanpa alasan, sepanjang Jokpin (sapaan Joko Pinurbo) tinggal di sana, tidak banyak warga yang tahu sepak terjangnya di dunia sastra.

Ketua Kampung Wirobrajan, sekaligus tetangga dekat Joko Pinurbo, Agustinus Budi Sutrisno, menandaskan warga hanya sebatas memahami profesi Jokpin sebagai penulis.

Namun, mereka tidak menyadari kalau karya-karyanya memiliki pengaruh yang begitu besar bagi dunia sastra tanah air.

“Terus terang kami kurang ngeh. Kemudian, waktu peringatan 40 harinya, ada acara Tribute To Joko Pinurbo, di Monumen Serangan Umum 1 Maret, sampai Ngarsa Dalem membacakan puisinya. Kami baru sadar, ternyata beliau tokoh besar. Kami benar-benar tertampar,” katanya.

Baca Juga :  Sejumlah Ruas Jalan di Gunungkidul Belakangan Ini Diinvasi Ribuan Ulat Bergelantungan

Bukan tanpa sebab, selama hidup bertetangga di Kampung Wirobrajan, Jokpin tidak pernah sekalipun membanggakan diri dan menunjukkan statusnya sebagai sastrawan besar.

Bahkan, hanya segelintir warga yang tahu, bahwa jargon kondang ‘Jogja Terbuat dari Rindu, Pulang dan Angkringan’, merupakan secuil karya dari tetangga dekatnya yang bersahaja tersebut.

Saya yang tinggal hanya selisih satu rumah saja tidak tahu, kalau karya-karya beliau sebesar itu. Karena di kampung beliau tidak pernah mengatakan, seorang Joko Pinurbo itu siapa,” terangnya.

Terlebih, sama halnya dengan warga lain di Kampung Wirobrajan, sepanjang hidupnya, Jokpin pun membaur tanpa sekat dengan masyarakat.

Hingga akhir hayat, pria kelahiran 11 Mei 1962 itu masih menyandang ‘jabatan’ sebagai bendahara RT.

Karenanya, warga ingin memberikan penghargaan untuk Joko Pinurbo dengan memakai namanya, untuk dijadikan nama gang.

Hal tersebut, sekaligus menjadi pengingat, bahwa pernah ada seorang sastrawan besar yang pernah tinggal di kampungnya.

“Inisiatif ini murni dari warga, sebagai wujud kebanggaan kami pada sosok Joko Pinurbo. Kami berterimakasih pada keluarga Pak Joko, Bu Joko, yang telah memberikan izin menamai gang ini dengan nama Gang Joko Pinurbo,” tandasnya.

Istri mendiang Joko Pinurbo, Nuraini Amperawati Firmina, membenarkan bahwa sepanjang hidupnya, sang suami tidak pernah mengungkap ‘kebesaran’ karya-karyanya kepada warga masyarakat sekitar, terutama di Kampung Wirobrajan.

Oleh sebab itu, ia merasa terharu, karena warga memberikan penghormatan bukan sebatas karena karya-karya Jokpin, tetapi juga kepribadiannya yang bersahaja selama bergaul di lingkungan.

Baca Juga :  Antisipasi Cuaca Ekstrem, Wisatawan Diimbau untuk Menjauhi Bibir Pantai

“Nggak pernah, Mas Joko nggak pernah bilang-bilang, saya ini siapa, prestasinya apa, sehingga kami benar-benar tinggal sebagai warga biasa di sini. Makanya, kami bersyukur dan berterimakasih sekali sama tetangga-tetangga di sini,” urainya.

Sampai-sampai, saat meninggalnya Joko Pinurbo beberapa waktu lalu, jenazahnya tidak disemayamkan di rumah, melainkan di Perkumpulan Urusan Kematian Jogjakarta (PUKJ).

 

Nur beralasan, keluarganya tak mau merepotkan warga sekitar.

Sebab, dengan nama besar Joko Pinurbo, pelayat yang datang dipastikan membeludak dan berasal dari berbagai kalangan.

Sementara, rumah tinggalnya ada di tengah perkampungan dan untuk mengaksesnya harus melintasi gang-gang kecil.

“Banyak warga yang tanya, kenapa di PUKJ. Tapi, kalau di rumah, saya khawatirnya membuat repot warga, karena relasinya Mas Joko banyak, pasti akan banyak tamu, kami berpikir parkirnya bagaimana dan sebagainya,” pungkasnya.

www.tribunnews.com