SURABAYA– Miris, itulah kata yang akan terlontar melihat kisah seorang bocah perempuan berinisial YK ini. Siswi berusia 8 tahun yang masih duduk di kelas I SD asal Tambakwedi, Surabaya itu divonis mengalami kelainan yakni kecanduan sex alias Sex Addict.
Temuan mengerikan itu diungkapkan oleh ibunya sendiri yang melaporkan ke Dinas Pengendalian Penduduk Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Surabaya. Kepala Dinas, Nanis Chairani mengungkapkan ibu YK datang dan berkonsultasi soal kelainan putrinya itu agar diobati.
Nanis memaparkan YK yang mengalami kecanduan sex itu kerap melakukan perilaku seks yang menyimpang, seperti mengajarkan adik-adiknya yang berusia 7 tahun, 4 tahun dan 1 tahun.
Meski masih kecil, jika kambuh dan tak mampu membendung libidonya, siswi itu mengajari adiknya untuk memainkan alat kelamin, mengajarkan berciuman, dan minta untuk merekam ia sedang telanjang atau memegang pantat.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Febria Rachmanita mengaku sudah mendatangkan psikiater untuk bertemu dengan YK. Ke depan, bukan tidak mungkin YK akan dikenakan hypnotherapy. Hal itu dilakukan agar YK bisa berhenti melakukan perilaku tersebut.
Selain itu Febria juga menyebut pihaknya melakukan sosialisasi ke masyarakat untuk keamanan ke anak-anak jangan sampai hal tersebut terjadi lagi.
“Keluarganya juga sudah kita beritahu bagaimana harus bersikap di depan anak. Dan juga ke tetangga agar jangan sampai ada olok-olok pada anak,” katanya.
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini juga meminta agar tak hanya YK saja yang didampingi. Melainkan juga tiga adik bocak pecandu seks yang berusia tujuh tahun, empat tahun dan satu tahun. Sebab tiga saudara YK tersebut masuk dalam korban pelecehan seksual yang juga dipastikan mengalami traumatis.
“Saya minta Dinas Kesehatan untuk mendampingi masing-masing dengan psikolog dan psikiater,” kata Risma, saat ditemui di Balai Kota, Jumat (19/1/2018).
Psikiater sengaja diterjunkan lantaran ternyata penanganan sex addict pada anak-anak itu tidak cukup hanya ditangai secara penyembuhan emosi saja, melainkan juga pemberian obat.
Ia mengaku sering menemukan kasus kriminalitas yang jika dirunut pelakunya berangkat karena dulunya pernah menerima kekerasan seksual.
Sehingga pencegahannya harus dilakukan penanganan termasuk adik YK yang menjadi korban usai diajari perilaku seksual yang menyimpang.
“Kita dulu pernah menangani juga, di tahun 2014, sampai sekarang belum kita lepas, karena psikiaternya masih menilai masih bahaya, tapi dia sekarang sudah jauh berubah, sudah jadi ketua kelas di sekolah,” katanya.
Oleh sebab itu ia optimis bahwa jika ditangani dengan benar, baik YK maupun tiga adiknya bisa sembuh dan kembali menjadi normal.
Saat ini, tim Pemkot sedang gencar melakukan deteksi anak-anak yang terindikasi memiliki perilaku seksual menyimpang. Terutama di kawasan eks lokalisasi Dolly.
“Masalah ini yang dulu yang saat takutkan jika Dolly terus ada. Makanya saya minta di elemen bawah untuk mencari apa ada kasus serupa di anak-anak, agar segera ditemukan dan dilakukan penanganan,” pungkas Risma.
Tribunnews