MANILA – Presiden Filipina Rodrigo Duterte meminta dirinya ditembak saja jika berubah menjadi seorang diktator di masa pemerintahannya.
Duterte berpidato di hadapan pasukan militer dan kepolisian Filipina dalam rangka HUT Resimen Pasukan Pengintai Utama, Komando Operasi Khusus Angkatan Darat Filipina, Rabu (24/1/2018).
Dalam kesempatan itu, Duterte membahas soal beredarnya spekulasi yang mengatakan dirinya telah meminta antek-anteknya di Kongres untuk mengubah konstitusi negara. Perubahan yang dimaksud adalah menjadikan sistem federal sebagai sistem pemerintahan negara.
Sejumlah pihak menduga, Duterte sibuk mendukung reformasi konstitusi tersebut agar dirinya bisa terus berkuasa sampai sesudah periode pertama pemerintahannya usai. Namun, Duterte membantah hal tersebut.
“Jika saya sengaja memperpanjang masa jabatan saya untuk menjadi seorang diktator, tembak saja saya,” tutur Duterte.
“Sungguh, saya tidak bercanda,” katanya lagi.
Duterte juga memperingatkan agar lembaga-lembaga penegak hukum jangan sampai membiarkan pihak-pihak lain menghancurkan konstitusi negara.
“Itu merupakan tugas Anda sebagai pelindung konstitusi dan warga negara. Ingat, itu adalah tugas utama Anda,” ucap Duterte.
Duterte kerap vokal dalam mendukung sistem federal untuk diterapkan di pemerintahan Filipina. Menurut Duterte, sistem federal akan menjadikan pemerintahan lebih inklusif dan lebih menjangkau luas seluruh lapisan masyarakat, termasuk golongan minoritas muslim di Marawi.
Akan tetapi, reformasi konstitusional menjadi isu sensitif di kalangan pengamat politik Filipina dan pihak oposisi. Pihak oposisi memperingatkan bahwa dukungan terhadap perubahan sistem pemerintahan itu dapat mengulang sejarah pemerintahan diktator Ferdinand Marcos, sosok yang dikagumi Duterte.
Juru bicara kepresidenan Duterte, Harry Roque, telah mengatakan bahwa Duterte tidak berkeinginan untuk memperpanjang masa jabatannya dan malah lebih memilih untuk pensiun dini saja. Tribunnews