BREBES – Peradaban masa klasik di Kecamatan Bumiayu Brebes dan sekitarnya memikat ilmuwan dari Perancis untuk diteliti.
Peneliti dari Ecole Francaise dExtreme Orient (OFEO)/ lembaga Perancis yang meneliti kebudayaan Asia, Veronicue Blood, didampingi peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (PPAN), Agus Sianto Indra Jaya melakukan penelitian di daerah ini selama beberapa hari.
Peninggalan masa lampau yang diteliti keduanya antara lain artefak watu belah di Dukuh Pungkuran dan Dukuh Karangjati Desa Kalierang, Watu Jaran di Desa Laren, Watu Wali di Desa Jatisawit Kecamatan Bumiayu.
Kemudian, di Kecamatan Paguyangan meneliti Watu lingga di Candi Pangkuan Dukuh Karanggandul, Desa Cilibur, Kecamatan Paguyangan serta beberapa lokasi lain.
Mereka juga meneliti benda temuan warga yang peduli benda peninggalan masa lampau.
Ratusan artefak temuan warga itu disimpan di Museum Mini Purbakala Bumiayu Tonjong (Buton) di Bumiayu.
Selama penelitian, mereka didampingi dua warga yang merupakan pengelola Museum Buton, Rafli Rizal dan Karsono.
“Kami ingin mengetahui awal masuknya Hindu dan Budha ke Tanah Air, terutama ke pulau Jawa bagian tengah,” kata Agus Sianto, Rabu (18/4/2018).
Menurutnya, selama ini yang diketahui, jejak peradaban Hindu dan Budha ada di lokasi pedalaman.
Namun, kata Agus, sebelum ke lokasi pedalaman itu, kemunculan peradaban Hindu dan Budha berasal dari pantai utara Jawa.
Ia mengetahui terdapat peradaban Hindu dan Budha itu dari berbagai referensi termasuk dari laporan penelitian ilmuwan saat masa penjajahan Belanda dulu serta dari Balai Arkeologi (Balar).
“Penemuan di Bumiayu ini masih bersifat fragmentasi atau potongan- potongan yang belum utuh. Namun ada yang istimewa,” ujarnya.
Menurutnya, temuan itu istimewa lantaran adanya batu lingga yang berukuran cukup besar dengan berat sekitar 40 kilogram.
Pihaknya akan meneliti lebih lanjut keberadaan batu lingga besar di Bumiayu itu.
Batu Lingga merupakan perwujudan dari Tri Murti atau tiga dewa yakni Dewa Siwa, Wisnu dan Dewa Brahmana.
Ia menerangkan batu lingga di bagian atas berbentuk bulat tanpa sudut yang merupakan perwujudan dari Siwa, di bagian tengah memiliki delapan sudut yang menggambarkan Wisnu.
Serta di bagian bawah terdapat empat sudut yang menggambarkan Brahmana.
“Batu lingga merupakan sarana untuk sembahyang atau upacara peribadan. Ada sekitar abad tujuh atau sebelumnya,” jelas Agus.
Menurutnya, dari temuan awal itu, pihaknya bisa lakukan pendalaman informasi. Ekskavasia atau penggalian lagi untuk menemukan jejak masa lampau juga bisa dilakukan pihaknya.
Sementara, pengelola Museum Mini Purbakala Buton, Rafly Rizal menuturkan dari beberapa temuan yang dilakukan pihaknya dan juga ada penelitian dari ilmuwan luar negeri membuktikan bahwa Bumiayu menyimpan sejarah yang belum tersingkap.
“Selain ditemukan benda purbakala seperti fosil berusia sekitar jutaan tahun, juga peninggalan kehidupan pada zaman Hindu Budha,” ucapnya.
Ia berharap, kebudayaan dan sejarah yang tersimpan di Bumiayu bisa memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan kepada masyarakat. # Tribunnews