![](https://i0.wp.com/joglosemarnews.com/images/2018/04/Pilkada1-1.jpg?resize=600%2C359&ssl=1)
SEMARANG – Pakar Politik dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Teguh Yuwono menyaksikan, dua bulan di akhir masa kampanye para pasangan calon (paslon) dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Tengah 2018, cukup banyak survei yang memberikan angin segar kepada calon petahana Ganjar Pranowo.
Disebutkannya, calon tersebut bakal lolos di dua periode atau kembali memenangkan puncak pertarungan politik yang berlangsung pada 27 Juni 2018 mendatang. Namun perlu disadari pula, hasil survei tersebut bukanlah satu-satunya patokan.
“Apalagi ketika ada yang menyebutkan satu di antara beberapa faktornya adalah aktivitas si calon dalam memainkan perannya melalui sosial media (sosmed). Soal itu, memang dan diketahui bersama, Ganjar Pranowo paling rajin bersosmed. Sedangkan Sudirman Said belum terlalu aktif,” ucap Teguh.
Kepada Tribunjateng.com, Kamis (26/4/2018), dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Undip Semarang itu berucap, bukan berarti dan tidak menjadi dasar mutlak pula ketika calon dalam pertarungan Pilgub Jateng yang tidak terlalu aktif bersosmed, suaranya bakal hilang atau otomatis susah memperoleh dukungan.
“Kami kira persoalannya, para generasi millenial itu mampu tidak dipengaruhi para tim sukses atau pemenangan para calon di tiap kabupaten/kota di Jawa Tengah. Sosmed belum jadi jaminan dalam tingkat kepopuleran atau elektabilitas si calon,” terangnya.
Justru menurutnya, setiap paslon di dua bulan ke depan ini merupakan ujian. Bagaimana mereka bisa efektif guna semakin memperkuat popularitas serta elektabilitasnya melalui beragam usaha.
“Contohnya mempertajam konsolidasi, komunikasi dengan jaringan, komunitas, hingga ekspose di media cetak. Itu bakal pengaruhi perolehan suara dan perhatian animo masyarakat dalam mencermatinya,” bebernya.
Dan menurutnya, perlu disadari justru melalui kehadiran survei-survei tersebut, menjadi penyemangat bagi calon lawan untuk bermanuver, bergerak aktif serta intensif agar tidak tertinggal bahkan bisa jadi pula untuk memenangkan pertarungan tersebut.
“Jika calon petahana menang dalam pertarungan politik, itu adalah hal yang sudah biasa. Tetapi lawannya, penantang yang menang, itu luar biasa dan bakal jadi ukiran sejarah perpolitikan. Tidak terkecuali di Jawa Tengah,” ucapnya.
Bagaimana nantinya para kedua paslon tersebut bersikap. Petahana semestinya tidak bisa terlalu bersantai atau merasa yakin menang. Peluang penantang atau dalam hal ini Sudirman Said-Ida Fauziah pun semakin lama semakin besar karena timnya semakin intensif bergerak.
“Kalau mengandalkan sosmed, di Jawa Tengah belum berpengaruh besar. Sebab hanya antara 5-10 persen dari total pemilih yang gunakan sosmed. Berbeda dengan di Jakarta. Sosmed hanyalah pengganti sementara kehadiran seseorang pada komunitas tertentu,” ungkap Teguh.